Kamis, 25 Juni 2015

China Tingkatkan Aktivitas di Antariksa, Dasar Laut dan Kutub


China Tingkatkan Aktivitas di Antariksa, Dasar Laut dan Kutub 
 Presiden Xi Jinping mengatakan bahwa keamanan China meliputi wilayah yang luas, termasuk politik, budaya, militer, ekonomi, teknologi dan lingkungan. (Reuters/Bogdan Cristel/Files) 
 
Beijing, CB -- Pemerintah China akan meningkatkan aktivitas dan aset mereka di luar angkasa, lautan dan kutub utara, termaktub dalam rancangan undang-undang keamanan nasional baru mereka yang akan disahkan Beijing.

Diberitakan Reuters, Rabu (24/6), Presiden Xi Jinping, yang merupakan ketua Komisi Keamanan Kasional yang baru dibentuk, mengatakan bahwa keamanan China meliputi wilayah yang luas, termasuk politik, budaya, militer, ekonomi, teknologi dan lingkungan.

Dalam RUU tersebut, China menegaskan akan mengeksplorasi dan mengekploitasi dengan damai wilayah dasar laut internasional dan wilayah kutub utara, serta memperkuat keamanan untuk "aktivitas, aset dan kepentingan lainnya" di tempat itu.

Rencananya RUU ini akan melewati tahap ketiga di parlemen sebelum diloloskan pekan depan.

Namun RUU ini mendapat penolakan dari pengusaha asing dan diplomat yang mengatakan bahwa redaksi dalam undang-undang itu terlalu luas dan kabur maknanya.

Salah satunya adalah kata-kata "pelanggaran standar moral" yang dinilai tidak jelas definisinya namun masuk ke dalam hukum China.

China bersikeras bahwa kepentingan mereka yang besar di laut dalam, angkasa dan kutub utara menghadapi tantangan dan ancaman keamanan sehingga UU ini harus segera diloloskan.

Pemerintah Beijing sebelumnya juga mengatakan bahwa program antariksa mereka untuk tujuan damai. Namun Kementerian Pertahanan AS menyatakan bahwa China akan menggunakan aset mereka di antariksa di saat perang.

China juga aktif melakukan riset di Kutub Utara dan Kutub Selatan dengan dalih kepentingan energi.

Masalah keamanan siber juga termasuk dalam RUU tersebut.

Perusahaan teknologi asing khawatir redaksi dalam RUU yang menyebutkan penggunaan produk yang "aman dan terkendali" jadi alasan Beijing mengusir mereka dari pasar China.



Credit  CNN Indonesia