Kamis, 10 Agustus 2017

Menerka Gambaran Perang Nuklir Korut-Amerika


Menerka Gambaran Perang Nuklir Korut-Amerika 
Korea Utara siap meluncurkan rudal ke wilayah AS di Pasifik. Bagaimana jadinya kalau kedua negara berperang? (KCNA via Reuters)


Jakarta, CB -- Amerika Serikat dan Korea Utara sama-sama melontarkan ancaman keras terkait ambisi nuklir pemerintahan Kim Jong-un yang bertentangan dengan pandangan masyarakat internasional.

Setelah mendapat laporan bahwa Korut sudah bisa memasangkan hulu ledak nuklir pada rudal balistiknya, Trump mengancam negara terisolasi itu bakal menghadapi "api dan kemarahan" dari Amerika.

Pyongyang menanggapi dengan tidak tanggung-tanggung menyatakan akan menghantam Guam, wilayah AS di Pasifik, menggunakan rudal balistiknya.

Jika terealisasi, serangan ini bisa menjadi sangat signifikan karena pulau tersebut menjadi salah satu basis operasi militer besar AS di luar daratan utamanya.

Negeri Paman Sam pun mungkin membalas serangan itu dengan persediaan senjata nuklirnya yang telah terpupuk sejak masa perang dingin. Bagaimana jadinya jika kedua negara terlibat perang?

Amerika kemungkinan besar tidak bisa melakukan serangan terukur terhadap fasilitas rudal nuklir Korut. Masalahnya, fasilitas-fasilitas itu tersebar dan disembunyikan di antara pegunungan negara tersebut.

Jika serangan itu tidak menghantam semua persenjataan Korut secara sekaligus, maka 10 juta warga di Seoul, 38 juta warga Tokyo dan puluhan ribu tentara AS di timur laut Asia bisa terancam serangan rudal, baik konvensional maupun nuklir.

Bahkan, jika senjata-senjata itu bisa langsung disapu bersih, Seoul masih bisa luluh lantak karena hujan peluru artileri dari wilayah Korut.

"Bahkan serangan terbatas" oleh Amerika Serikat "bakal berisiko membuat Korea Utara meyakini bahwa ada serangan lanjutan yang lebih besar, dan mereka mungkin memilih untuk menggunakan senjata nuklirnya," kata Jeffrey Lewis, direktur program nonproliferasi di Institut Studi Internasional Middlebury, dikutip The Independent, Rabu (9/8).

Serangan artileri besar-besaran dari Korut bisa diaktivasi lebih cepat ketimbang aset angkatan laut, udara dan rudal balistik yang bisa mengincar Korsel, Jepang dan pangkalan Amerika di kawasan menggunakan nuklir atau senjata kimia.

Negara-negara tersebut mempunyai sistem pertahanan rudal balistik, tapi hal itu tidak menjamin semua peluru bisa berhasil ditangkal.

Jepang sudah mulai memberi tahu warganya cara-cara merespons serangan rudal dari Korea Utara dan perusahaan-perusahaan AS mulai menjual perlindungan rudal.

Walau masih belum jelas apakah Korea Utara bisa mengincar kota-kota besar di Amerika seperti Denver dan Chicago dengan nuklir, sistem pertahanan AS pun sama-sama belum bisa dipastikan bisa menangkal serangan semacam itu.

Bagaimanapun, AS harus memberi sinyal bagi Korea Utara dan China--sekutu utama Pyongyang--bahwa serangan militer terukur yang mereka lakukan itu terbatas sehingga Korut tidak terpicu membalas dengan nuklir.

Di saat yang sama, Korea Selatan menyumbang 1,9 persen dari perekonomian global dan menaungi perusahaan-perusahaan besar seperti Samsung dan Hyundai. Perang di semenanjung Korea bisa merugikan kawasan dan dunia, meski tanpa pengerahan nuklir Korut.

Pasar finansial global juga akan terguncang dalam jangka singkat.

Opsi lain yang bisa dilakukan AS adalah menggulingkan rezim Kim Jong-un. Namun, pergantian rezim pun tidak berarti bisa mengubah pandangan Korut.

Jika Kim diincar untuk digulingkan, maka para loyalis yang ada di sekitarnya pun harus ikut disingkirkan. Dengan demikian, Amerika punya daftar panjang berisi nama-nama orang yang harus mereka bunuh untuk mencapai tujuan tersebut.

Belum lagi, China yang khawatir akan krisis pengungsi dan keberadaan tentara AS di perbatasannya, kemungkinan besar akan mencoba untuk menopang rezim yang saat ini berkuasa.

Invasi skala penuh mungkin diperlukan untuk menyapu artileri dan rudal nuklir Korea Utara dengan cepat. Namun, sinyal serangan apapun yang diberikan Amerika Serikat--seperti pengumpulan persenjataan, pengerahan militer Korsel dan Jepang serta evakuasi warga AS di kawasan--bisa memicu serangan lebih dulu dari Korut.

China dan Rusia juga mungkin bisa ikut terbawa dalam peperangan.
Korea Utara bisa meluncurkan rudal nuklir jika dipicu pergerakan kecil dari AS.Korea Utara bisa meluncurkan rudal nuklir jika dipicu pergerakan kecil dari AS. (KCNA via Reuters)
"Secara realistis, perang harus dihindari," kata Jon Delury, profesor asisten studi internasional di Universitas Yonsei, Korea Selatan.

"Ketika tidak ada lagi analisis untung-rugi seperti itu, yang ada adalah kegilaan."
Banyak analis menyebut ini waktunya untuk memulai dialog mencegah situasi semakin buruk. Mencegah Korut memperoleh senjata termonuklir, atau rudal berbahan bakar padat lain, adalah tujuan yang mesti diperjuangkan, kata Lewis.

Untuk itu, AS mesti menawarkan semacam hadiah bagi Korea Utara. Misalnya, negara dengan anggaran pertahanan terbesar di dunia itu bisa mulai mengurangi latihan bersama dengan Korea Selatan di kawasan.

"Opsi realistis adalah langkah diplomatik yang bisa memperlambat [perkembangan situasi ini]. Dan itu bakal membutuhkan banyak pembicaraan," kata Delury.






Credit  CNN Indonesia