Rabu, 23 Agustus 2017

Trump buka peluang penambahan pasukan di Afghanistan


Trump buka peluang penambahan pasukan di Afghanistan
Presiden Amerika Serikat Donald Trump.(REUTERS/John Sommers II )


Washington (CB) - Presiden Donald Trump pada Senin malam waktu setempat membuka pintu bagi penambahan pasukan Amerika Serikat di Afghanistan sebagai bagian dari pelengkapan strategi untuk kawasan itu, mengatasi keraguannya sendiri mengenai perang terpanjang Amerika dan berikrar "berperang untuk menang".

Trump, dalam pidato di pangkalan militer dekat Washington yang disiarkan televisi, mengatakan pendekatan barunya ditujukan untuk mencegah Afghanistan menjadi tempat perlindungan militan anti-Amerika Serikat.

Presiden dari Partai Republik, yang berulangkali mengkritik strategi menghadapi Afghanistan yang diterapkan pendahulunya, sekarang mewarisi tantangan yang sama, termasuk pemberontakan kelompok Taliban dan lemahnya pemerintahan di Kabul. Ia meletakkan fondasi untuk keterlibatan lebih besar Amerika Serikat tanpa akhir jelas dalam pandangan atau patokan spesifik untuk sukses.

Dalam pidatonya Trump tidak merinci berapa banyak lagi tentara yang akan dikirim, dan tidak menyebut akan sampai berapa lama Amerika Serikat terlibat dalam perang di Afghanistan, namun menekan Pakistan, India dan sekutu NATO untuk meningkatkan komitmen mereka.

Namun para pejabat mengatakan dia telah menyetujui rencana Menteri Pertahanan James Mattis untuk mengirim 4.000 tentara guna membantu 8.400 tentara yang sudah dikerahkan di Afghanistan.

Trump memperingatkan bahwa dukungan Amerika Serikat "bukan cek kosong" dan menekankan bahwa dia tidak akan terlibat dalam "pembangunan bangsa", praktik menghabiskan dana besar yang dia tuduhkan ke pendahulunya.

"Kita tidak membangun bangsa. Kita membunuh teroris," katanya.

Trump menerapkan pendekatan yang lebih keras dalam kebijakan Amerika Serikat terhadap Pakistan. Beberapa pejabat senior Amerika Serikat mengingatkan Trump bisa mengurangi bantuan keamanan bagi Pakistan jika negara berkekuatan nuklir itu tidak bekerja sama dalam menangani kelompok ekstremis.

"Kita tidak bisa tinggal diam soal 'safe haven' Pakistan," katanya.

"Pakistan punya banyak keuntungan dari kemitraan dengan kita dalam upaya di Afghanistan. Mereka akan rugi banyak kalau terus-terusan menampung teroris," katanya sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.

Juru bicara militer Pakistan pada Senin bahwa Pakistan sudah melakukan segala upaya untuk menumpas militan, termasuk jaringan Haqqani, yang bersekutu dengan Taliban di Afghanistan.

"Tidak ada persembunyian teroris di Pakistan. Kami beroperasi untuk menumpas mereka, termasuk jaringan Haqqani," kata Mayor Jenderal Asif Ghafoor saat menyampaikan keterangan pers di Islamabad.

Trump juga memperluas wewenang angkatan bersenjata Amerika Serikat untuk menyasar kelompok militan dan jaringan kriminal. Dia mengatakan musuh-musuh Washington di Afghanistan "harus tahu bahwa mereka sudah tidak punya tempat persembunyian--bahwa tidak ada tempat yang berada di luar jangkauan tentara Amerika."

"Tentara kami akan bertempur untuk menang," kata dia.

Koalisi internasional pimpinan Amerika Serikat sudah menginvasi Afghanistan dan menggulingkan rezim Taliban karena menyembunyikan anggota kelompok Al Qaeda yang terlibat dalam perencanaan serangan 11 September.

Namun pasukan Amerika Serikat masih bertahan di sana sepanjang kepresidenan George W. Bush dari Republik, Barack Obama dari Demokrat dan sekarang Trump. Sekitar 2.400 tentara Amerika Serikat tewas di Afghanistan sejak invasi.
 
Washington khawatir jika Taliban kembali berkuasa, maka Afghanistan akan menjadi tempat pertumbuhan yang subur bagi Al Qaeda dan ISIS--yang kemudian berpotensi merencanakan serangan ke Amerika Serikat.

Pejabat militer dan intelijen Amerika Serikat khawatir kemenangan Taliban atas pemerintahan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani akan memungkinkan al Qaeda dan ISIS di kawasan itu berafiliasi untuk membangun basis di Afghanistan yang merencanakan serangan terhadap Amerika Serikat dan sekutunya.

"Sayangnya strategi ini sudah sangat terlambat dan sementara itu Taliban sudah melancarkan serangan berbahaya," kata Senator Partai Republik, John McCain, ketua komite urusan militer senat.

Langkah terbaru sang presiden sebenarnya merupakan kebijakan yang menjilan ludah sendiri. Pada masa kampanye tahun lalu, dia mengatakan bahwa perang di Afghanistan sudah terlalu banyak menghabiskan uang negara dan nyawa tentara.

Presiden dari partai Republik itu mengatasi skeptisismenya sendiri mengenai perang yang bermula oktober 2001 setelah serangan 11 September ke Amerika Serikat. Dia berulang kali mengatakan bahwa perang itu terlalu banyak merenggut biaya dan nyawa dalam kampanyenya tahun lalu.

"Insting asli saya untuk keluar," katanya dalam pidato, namun menambahkan bahwa dia diyakinkan oleh penasihat keamanan nasionalnya untuk memperkuat kemampuan Amerika Serikat guna mencegah Taliban menggulingkan pemerintahan yang didukung Amerika Serikat di Kabul.

Dia juga menyatakan bahwa kesabarannya punya batas dalam mendukung pemerintahan Afghanistan, mengatakan Kabul perlu meningkatkan kerja samanya untuk mendapat komitmen dukungan berlanjut Amerika.

Trump juga menyebut kemungkinan membuat kesepakatan politik dengan unsur Taliban.  "Tapi tidak ada yang tahu apakah dan kapan itu akan terjadi," katanya sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.



Credit  antaranews.com



Taliban kecam rencana Trump tambah pasukan di Afghanistan


Taliban kecam rencana Trump tambah pasukan di Afghanistan
Asap terlihat dari lokasi ledakan dan tembakan antara pasukan Taliban dan Afganistan di PD 6 di Kabul, Afganistan, Rabu (1/3/2017). (REUTERS/Mohammad Ismail )


Kabul (CB) - Juru bicara kelompok bersenjata Taliban di Afghanistan pada Selasa mengecam rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengirim tentara tambahan dan mempertahankan kehadiran pasukan di negara Asia Selatan tersebut tanpa batas waktu yang ditentukan.

"Alih-alih meneruskan perang di Afghanistan, Amerika Serikat seharusnya berpikir untuk menarik tentara mereka dari negara ini," kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid dalam pernyataan tertulis yang disiarkan beberapa jam setelah pidato Trump soal kebijakan Washington di Afghanistan dan Asia Selatan.

Mujahid mengatakan bahwa "sepanjang ada satu saja tentara Amerika Serikat di negara kami," kata para gerilyawan, "maka kami akan meneruskan perlawanan."

Sementara itu di London pada Selasa, Inggris menyambut baik komitmen dari Trump untuk meningkatkan intensitas operasi militer untuk menumpas Taliban di Afghanistan.

Sebelumnya pada Senin malam waktu AS, Trump memutuskan untuk tetap meneruskan keterlibatan Amerika Serikat untuk berperang di Afghanistan tanpa batas waktu yang ditentukan. Trump menjilat ludah sendiri mengingat pada masa kampanye tahun lalu dia mengkritik kebijakan perang yang dinilai terlalu banyak menghabiskan anggaran negara.

Perang di Afghanistan adalah konflik terlama yang melibatkan Amerika Serikat. Sejak tahun 2001 lalu, saat Washington menggalang koalisi NATO menginvasi Afghanistan untuk menggulingkan rezim Taliban, Amerika Serikat sudah menghabiskan 700 milyar dolar AS.

Konflik yang sama juga telah menewaskan lebih dari 2.400 tentara Amerika Serikat.

Setelah 16 tahun berperang, saat ini Taliban justru semakin kuat dengan menguasai sejumlah wilayah di Afghanistan. Situasi tersebut memunculkan kekhawatiran akan terulangnya peristiwa tahun 1996, Saat kelompok Taliban berhasil menguasai pemerintahan dan memberikan tempat bagi Al Qaeda yang kemudian sukses merencanakan serangan 11 September 2001 di New York dan Washington.

Sementara itu Inggris, bersama sejumlah sekutu di Eropa juga sudah berjanji akan mengirim tentara tambahan ke Afghanistan pada Juni lalu. DI sisi lain, Menteri Pertahanan Amerika Serikat James Mattis mengatakan bahwa jumlah tentara asing di Afghanistan berkurang banyak dalam waku yang cepat.

"Komitmen Amerika Serikat adalah kabar yang kami sambut dengan baik," kata Menteri Pertahanan Inggris Michael Fallon dalam pernyataan tertulis.

"Dalam pembicaraan telepon saya dengan Menteri Mattis sehari lalu, kami sepakat bahwa meski banyak tantangan, kami akan tetap mempertahankan pasukan di Afghanistan untuk mempertahankan demokrasi yang rapuh di negara tersebut sekaligus mengurangi ancaman terorisme bagi negara-negara Barat," kata dia.

"Ini adalah kepentingan bersama kami semua, agar Afghanistan menjadi negara yang lebih sejahtera dan aman. Dan bahwa kami juga mengumumkan pengiriman tentara tambahan pada Juni lalu," kata Fallon, demikian dilaporkan Reuters.




Credit  antaranews.com



NATO Sambut Baik Putusan AS Kirim Pasukan Tambahan ke Afghanistan


NATO Sambut Baik Putusan AS Kirim Pasukan Tambahan ke Afghanistan
Sekjen NATO Jens Stoltenberg menyambut baik keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengirim lebih banyak tentara ke Afghanistan. Foto/Istimewa


BRUSSELS - Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyambut baik keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengirim lebih banyak tentara ke Afghanistan. AS berencana mengirim ribuan tentara tambahan ke Afghanistan.

"NATO tetap berkomitmen penuh ke Afghanistan, dan saya menanti untuk mendiskusikan langkah-langkah ke depan dengan Menteri Pertahanan AS James Mattis dan sekutu kami dan mitra internasional," kata Stoltenberg.

"NATO memiliki 12.000 tentara di Afghanistan, dan 15 negara telah menjanjikan lebih banyak tentara," sambungnya dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Reuters pada Selasa (22/8).

Sebelumnya diwartakan, Trump menyatakan dia membuka pintu untuk meningkatkan jumlah pasukan di Afghanistan sebagai bagian dari melengkapi kembali strategi di negara itu. Kebijakan ini sekaligus mengatasi keraguannya sendiri tentang perang terpanjang AS dan bersumpah berjuang untuk menang.

Dalam pidatonya, Trump mengatakan bahwa pendekatan barunya ditujukan untuk mencegah Afghanistan menjadi tempat yang aman bagi militan Islam yang berusaha menyerang AS.

Trump tidak menyebutkan berapa banyak pasukan yang akan ditambahkan. Ia juga tidak memberi batas waktu untuk mengakhiri kehadiran AS di Afghanistan. Ia pun memberikan tekanan pada sekutu AS yaitu Pakistan, India dan NATO untuk meningkatkan komitmen mereka sendiri.





Credit  sindonews.com