Menlu Retno Marsudi (kiri) akan
menghadiri forum FEALAC yang diperkirakan akan turut membahas ancaman
rudal Korut. (Reuters/Erik De Castro)
Jakarta, CB --
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dijadwalkan datang ke Busan,
Korea Selatan, untuk menghadiri Forum Kerja Sama Amerika Latin dan Asia
Timur (FEALAC) pada 30-31 Agustus mendatang. Di sana, ancaman peluru kendali Korea Utara diperkirakan akan menjadi salah satu isu yang dibahas.
Direktur Kerja Sama Intrakawasan dan Antarkawasan Amerika dan Eropa Kemlu RI, Dewi Gustina Tobing, mengatakan para menlu negara FEALAC kemungkinan akan membahas sejumlah isu yang menjadi perhatian.
“Seluruh menlu negara FEALAC akan sampaikan hal-hal yang menjadi perhatian mereka. Dan menurut hemat saya, mungkin Korea Selatan, sebagai salah satu anggota FEALAC, akan sampaikan isu-isu yang menjadi perhatiannya di dalam forum tersebut, termasuk [isu rudal Korut] ini,” ucap Dewi di Kemlu RI, Jakarta, Kamis (24/8).
Isu rudal Korut, kata Dewi, memang tak masuk agenda pembahasan para menlu secara spesifik dalam forum dua tahunan itu. “Tapi mana kala ada isu di kawasan yang menjadi perhatian bersama, bisa saja diangkat untuk dibahas,” tuturnya.
Selain isu rudal Korut, sejumlah isu dan tantangan keamanan lainnya, papar Dewi, juga akan dibahas dalam forum beranggota 16 negara Asia Timur dan Tenggara serta 20 negara Amerika Latin ini.
Beberapa isu keamanan itu mencakup masalah terorisme, keamanan maritim, penangkapan ikan secara ilegal, dan kejahatan lintas-batas negara lainnya seperti penyelundupan narkotik dan perdagangan manusia.
Dewi juga tidak menutup kemungkinan jika forum ke-8 tingkat menlu ini akan membahas krisis politik dan ekonomi yang tengah menerpa Venezuela. Tak hanya isu keamanan, forum tingkat menlu ke-8 ini pun juga akan berfokus pada penguatan kerja sama ekonomi antar sesama negara FEALAC.
Direktur Kerja Sama Intrakawasan dan Antarkawasan Amerika dan Eropa Kemlu RI, Dewi Gustina Tobing, mengatakan para menlu negara FEALAC kemungkinan akan membahas sejumlah isu yang menjadi perhatian.
“Seluruh menlu negara FEALAC akan sampaikan hal-hal yang menjadi perhatian mereka. Dan menurut hemat saya, mungkin Korea Selatan, sebagai salah satu anggota FEALAC, akan sampaikan isu-isu yang menjadi perhatiannya di dalam forum tersebut, termasuk [isu rudal Korut] ini,” ucap Dewi di Kemlu RI, Jakarta, Kamis (24/8).
Isu rudal Korut, kata Dewi, memang tak masuk agenda pembahasan para menlu secara spesifik dalam forum dua tahunan itu. “Tapi mana kala ada isu di kawasan yang menjadi perhatian bersama, bisa saja diangkat untuk dibahas,” tuturnya.
Selain isu rudal Korut, sejumlah isu dan tantangan keamanan lainnya, papar Dewi, juga akan dibahas dalam forum beranggota 16 negara Asia Timur dan Tenggara serta 20 negara Amerika Latin ini.
Beberapa isu keamanan itu mencakup masalah terorisme, keamanan maritim, penangkapan ikan secara ilegal, dan kejahatan lintas-batas negara lainnya seperti penyelundupan narkotik dan perdagangan manusia.
Dewi juga tidak menutup kemungkinan jika forum ke-8 tingkat menlu ini akan membahas krisis politik dan ekonomi yang tengah menerpa Venezuela. Tak hanya isu keamanan, forum tingkat menlu ke-8 ini pun juga akan berfokus pada penguatan kerja sama ekonomi antar sesama negara FEALAC.
Salah satu yang akan didorong Indonesia dalam pertemuan itu, tutur Dewi, adalah inisiatif mengenai perdagangan bebas antara anggota FEALAC. Selain itu, Indonesia juga akan mendorong pengembangan basis data bisnis dan perdagangan guna memudahkan para pengusaha negara FEALAC memperluas bisnis.
“Di akhir pertemuan para menlu akan menghasilkan Busan Declaration berisikan langkah bersama negara anggota menyikapi tantangan ekonomi dan keamanan, seperti menguatkan forum G20 sebagai forum utama kerja sama ekonomi internasional dan World Trade Organization sebagai rujukan negara dalam bidang perdagangan.”
“Deklarasi Busan juga akan menekankan kembali komitmen anggota FEALAC terhadap perlindungan HAM serta komitmen negara menghadapi tantangan lingkungan dengan membuat kebijakan yang selaras dengan agenda global Sustainable Development Goals (SDGs),”
Dibentuk sekitar 1999, FEALAC saat ini menjadi satu-satunya wadah bagi negara di kawasan Asia Timur dan Amerika Latin untuk saling berkonsultasi mengenai tantangan global dan memperkuat kerja sama.
Menurut juru bicara Kemlu RI, Arrmanatha Nasir, FEALAC memiliki potensi yang besar untuk diperkuat sebab, populasi masyarakat negara anggotanya mencapai 40 persen total poluasi dunia atau sekitar 3 miliar orang.
Selain itu, Arrmanatha menuturkan, jumlah perekonomian negara FEALAC juga mencakup 32 persen dari total perekonomian dunia.
Credit cnnindonesia.com