WASHINGTON
- Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) meluncurkan penyelidikan
menyeluruh termasuk dugaan sabotase siber dalam tabrakan kapal perang
USS John S McCain dengan kapal tanker di timur Selat Malaka.
Tabrakan pada hari Senin lalu itu pada awalnya menyebabkan sepuluh pelaut Washington hilang dan lima pelaut lainnya terluka. Dari sepuluh pelaut yang hilang, beberapa di antaranya ditemukan tewas pada hari Selasa.
Kapal perang jenis perusak itu rusak parah, terutama di bagian lambung. Kecelakaan mematikan kapal militer Pentagon saat sedang menuju Singapura untuk transit ini merupakan insiden fatal yang kedua dalam tiga bulan terakhir di kawasan Pasifik.
Kepala Operasi Angkatan Laut AS Laksamana John Richardson telah memerintahkan jeda operasional di semua armada di seluruh dunia sembari Angkatan Laut bekerja untuk menentukan faktor-faktor di balik penyebab kecelakaan tersebut.
Dia mengonfirmasi bahwa penyelidikan mencakup dugaan sabotase siber, meski seorang pejabat Angkatan Laut AS mengatakan kepada Fox News bahwa tidak ada indikasi adanya sabotase seperti itu.
Richardson menjelaskan, hingga saat ini tidak ada bukti adanya hacking terhadap kapal USS John S McCain.
Komentar Richardson ini muncul setelah Jeff Stutzman, mantan spesialis warfare di Angkatan Laut yang bekerja di perusahaan intelijen siber mengatakan kepada McClatchy bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar kesalahan manusia dalam kecalakaan yang dialami kapal perang Washington.
”Ketika Anda melewati Selat Malaka, Anda tidak dapat memberitahu saya bahwa (kapal) perusak Angkatan Laut tidak memiliki tim navigasi lengkap dengan pengintai penuh pada setiap sayap dan orang-orang ekstra di radar,” katanya.
Richardson menyarankan adanya peninjauan terhadap pemeliharaan, personel dan peralatan Armada ke-7 di wilayah tersebut.
Menurut laporan New York Times mengutip seorang pelaut Washington, petugas radar yang bekerja di pusat informasi seharusnya melihat gambar kapal barang di layar mereka. “Yang bisa saya katakan adalah seseorang tidak memperhatikan,” katanya.
Tabrakan pada hari Senin lalu itu pada awalnya menyebabkan sepuluh pelaut Washington hilang dan lima pelaut lainnya terluka. Dari sepuluh pelaut yang hilang, beberapa di antaranya ditemukan tewas pada hari Selasa.
Kapal perang jenis perusak itu rusak parah, terutama di bagian lambung. Kecelakaan mematikan kapal militer Pentagon saat sedang menuju Singapura untuk transit ini merupakan insiden fatal yang kedua dalam tiga bulan terakhir di kawasan Pasifik.
Kepala Operasi Angkatan Laut AS Laksamana John Richardson telah memerintahkan jeda operasional di semua armada di seluruh dunia sembari Angkatan Laut bekerja untuk menentukan faktor-faktor di balik penyebab kecelakaan tersebut.
Dia mengonfirmasi bahwa penyelidikan mencakup dugaan sabotase siber, meski seorang pejabat Angkatan Laut AS mengatakan kepada Fox News bahwa tidak ada indikasi adanya sabotase seperti itu.
Richardson menjelaskan, hingga saat ini tidak ada bukti adanya hacking terhadap kapal USS John S McCain.
Komentar Richardson ini muncul setelah Jeff Stutzman, mantan spesialis warfare di Angkatan Laut yang bekerja di perusahaan intelijen siber mengatakan kepada McClatchy bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar kesalahan manusia dalam kecalakaan yang dialami kapal perang Washington.
”Ketika Anda melewati Selat Malaka, Anda tidak dapat memberitahu saya bahwa (kapal) perusak Angkatan Laut tidak memiliki tim navigasi lengkap dengan pengintai penuh pada setiap sayap dan orang-orang ekstra di radar,” katanya.
Richardson menyarankan adanya peninjauan terhadap pemeliharaan, personel dan peralatan Armada ke-7 di wilayah tersebut.
Menurut laporan New York Times mengutip seorang pelaut Washington, petugas radar yang bekerja di pusat informasi seharusnya melihat gambar kapal barang di layar mereka. “Yang bisa saya katakan adalah seseorang tidak memperhatikan,” katanya.
Sebelum kapal USS John S McCain, kapal perang USS Fitzgerald belum lama ini juga tabrakan dengan kapal niaga Filipina di perairan Jepang yang menyebabkan beberapa pelaut AS tewas.
Itay Glick, ahli sekaligus pendiri firma keamanan siber bernama Votiro, mengatakan kepada news.com.au bahwa reaksi awal dia terhadap berita tabrakan kapal USS McCain adalah bahwa hal itu kemungkinan adanya peretasan. Glick bekerja di unit cyber-warfare dari badan intelijen Israel menduga Rusia dan China terlibat dalam dugaan peretasan itu.
”Saya tidak percaya itu terjadi secara kebetulan,” kata Glick. ”Baik USS McCain dan USS Fitzgerald adalah bagian dari Armada ke-7, ada hubungan antara kedua peristiwa ini dan mungkin ada kaitannya,” katanya lagi, yang dilansir Rabu (23/8/2017).
Credit sindonews.com