TEHERAN
- Iran hanya membutuhkan waktu lima hari untuk meningkatkan pengayaan
uranium ke tingkat yang cukup untuk membuat senjata nuklir. Hal itu akan
dilakukan Teheran jika Amerika Serikat (AS) mundur dari kesepakatan
nuklir 2015.
Ancaman Teheran kepada Washington itu disampaikan Kepala Organisasi Atom Iran, Ali Akbar Salehi pada hari Selasa.
”Jika ada rencana untuk reaksi dan tantangan, kami pasti akan mengejutkan mereka,” kata Salehi seperti dikutip dari AP, Rabu (23/8/2017). ”Jika kita membuat tekad, kita bisa melanjutkan pengayaan 20 persen paling banyak dalam lima hari,” lanjut Salehi yang disiarkan stasiun televisi Iran.
Kendati demikian, Salehi menegaskan bahwa negaranya tidak tertarik pada skenario seperti itu. ”Pasti, kita tidak tertarik hal seperti itu terjadi. Kami belum mencapai kesepakatan dengan mudah untuk membiarkannya berjalan dengan mudah. Kami berkomitmen terhadap kesepakatan dan kami setia untuk itu,” ujar dia mengacu pada kepatuhan Teheran atas kesepakatan nuklir antara Iran dan enam negara kekuatan dunia (AS, Rusia, Inggris, China, Prancis dan Jerman).
Dalam kesepakatan nuklir, Iran bersedia membatasi pengayaan uraniumnya sebesar lima persen, dan juga untuk mengurangi stockpile materialnya. Imbalannya, sanksi atau embargo terhadap Iran dicabut.
”Prioritas terbesar kami adalah mempertahankan JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action), tapi tentu saja tidak dengan harga berapa pun,” imbuh Salehi.
Ancaman Kepala Atom Iran ini muncul setelah Presiden Hassan Rouhani menegaskan bahwa Teheran dapat mundur pada kesepakatan nuklir 2015 dalam beberapa jam dan mencapai kondisi yang lebih maju daripada sebelum dimulainya negosiasi dari kesepakatan yang telah lama ditunggu.
”Dunia telah dengan jelas melihat bahwa di bawah (Donald) Trump, Amerika telah mengabaikan kesepakatan internasional, dan selain merongrong (kesepakatan nuklir), juga telah melanggar ketentuan tentang kesepakatan Paris dan kesepakatan Kuba. Amerika Serikat bukanlah mitra yang baik atau negosiator yang andal,” kata Rouhani.
Ancaman Teheran kepada Washington itu disampaikan Kepala Organisasi Atom Iran, Ali Akbar Salehi pada hari Selasa.
”Jika ada rencana untuk reaksi dan tantangan, kami pasti akan mengejutkan mereka,” kata Salehi seperti dikutip dari AP, Rabu (23/8/2017). ”Jika kita membuat tekad, kita bisa melanjutkan pengayaan 20 persen paling banyak dalam lima hari,” lanjut Salehi yang disiarkan stasiun televisi Iran.
Kendati demikian, Salehi menegaskan bahwa negaranya tidak tertarik pada skenario seperti itu. ”Pasti, kita tidak tertarik hal seperti itu terjadi. Kami belum mencapai kesepakatan dengan mudah untuk membiarkannya berjalan dengan mudah. Kami berkomitmen terhadap kesepakatan dan kami setia untuk itu,” ujar dia mengacu pada kepatuhan Teheran atas kesepakatan nuklir antara Iran dan enam negara kekuatan dunia (AS, Rusia, Inggris, China, Prancis dan Jerman).
Dalam kesepakatan nuklir, Iran bersedia membatasi pengayaan uraniumnya sebesar lima persen, dan juga untuk mengurangi stockpile materialnya. Imbalannya, sanksi atau embargo terhadap Iran dicabut.
”Prioritas terbesar kami adalah mempertahankan JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action), tapi tentu saja tidak dengan harga berapa pun,” imbuh Salehi.
Ancaman Kepala Atom Iran ini muncul setelah Presiden Hassan Rouhani menegaskan bahwa Teheran dapat mundur pada kesepakatan nuklir 2015 dalam beberapa jam dan mencapai kondisi yang lebih maju daripada sebelum dimulainya negosiasi dari kesepakatan yang telah lama ditunggu.
”Dunia telah dengan jelas melihat bahwa di bawah (Donald) Trump, Amerika telah mengabaikan kesepakatan internasional, dan selain merongrong (kesepakatan nuklir), juga telah melanggar ketentuan tentang kesepakatan Paris dan kesepakatan Kuba. Amerika Serikat bukanlah mitra yang baik atau negosiator yang andal,” kata Rouhani.
Credit sindonews.com