MOSKOW
- Rusia menilai strategi Amerika Serikat (AS) untuk konflik di
Afghanistan sebagai strategi yang buntu karena bergantung pada
penggunaan kekuatan militer. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov
ragu strategi baru Washington itu akan sukses.
”Penekanan utama pada strategi baru yang diumumkan oleh Washington dilakukan dengan penyelesaian melalui penggunaan kekuatan,” kata Lavrov dalam konferensi pers Kamis sore. ”Kami percaya bahwa ini adalah pendekatan buntu,” katanya lagi.
Strategi baru itu memungkinkan kontak dengan Taliban tanpa syarat. Lavrov menganggap hal itu kesalahan fatal yang membahayakan rencana perdamaian internasional yang dibentuk di Dewan Keamanan PBB.
”Jika saya mendapati strategi baru AS, ini memungkinkan kontak dengan Taliban tanpa mereka memenuhi syarat apapun,” ujar Lavrov.
”Saya tidak berpikir bahwa hal itu sejalan dengan kepentingan bersama kami untuk mengikuti garis negosiasi dan terkoordinasi yang disetujui oleh Dewan Keamanan PBB. Tapi saya berharap bahwa dalam kerangka kontak tingkat ahli yang kami miliki dengan rekan-rekan Amerika kami, kami akan dapat mengklarifikasi kontradiksi ini,” imbuh diplomat top Moskow ini, seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (25/8/2017).
Lavrov mencatat bahwa Dewan Keamanan PBB, dengan persetujuan pemerintah Afghanistan, memutuskan untuk mengizinkan Taliban memasuki proses negosiasi dalam kondisi yang mencakup pemutusan hubungan teroris, mengakhiri perlawanan bersenjata, dan menghormati konstitusi Afghanistan.
”Kami menjaga kontak dengan Taliban sesuai dengan kriteria ini, mendesak mereka untuk mematuhi tuntutan Dewan Keamanan PBB,” papar Lavrov.
Strategi baru Washington diumumkan oleh Presiden Donald Trump di Pangkalan Myer-Henderson Hall pada hari Senin. Keputusan Trump ini mengejutkan, karena sebelumnya dia mendukung penarikan pasukan AS dari Afghanistan, namun kini justru mengikuti strategi pendahulunya.
“Mengakhiri keterlibatan militer 16 tahun di negara tersebut dengan sebuah penarikan pasukan yang tergesa-gesa hanya akan bermain ke tangan teroris,” kata Trump saat mengumumkan strategi barunya.
”Penekanan utama pada strategi baru yang diumumkan oleh Washington dilakukan dengan penyelesaian melalui penggunaan kekuatan,” kata Lavrov dalam konferensi pers Kamis sore. ”Kami percaya bahwa ini adalah pendekatan buntu,” katanya lagi.
Strategi baru itu memungkinkan kontak dengan Taliban tanpa syarat. Lavrov menganggap hal itu kesalahan fatal yang membahayakan rencana perdamaian internasional yang dibentuk di Dewan Keamanan PBB.
”Jika saya mendapati strategi baru AS, ini memungkinkan kontak dengan Taliban tanpa mereka memenuhi syarat apapun,” ujar Lavrov.
”Saya tidak berpikir bahwa hal itu sejalan dengan kepentingan bersama kami untuk mengikuti garis negosiasi dan terkoordinasi yang disetujui oleh Dewan Keamanan PBB. Tapi saya berharap bahwa dalam kerangka kontak tingkat ahli yang kami miliki dengan rekan-rekan Amerika kami, kami akan dapat mengklarifikasi kontradiksi ini,” imbuh diplomat top Moskow ini, seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (25/8/2017).
Lavrov mencatat bahwa Dewan Keamanan PBB, dengan persetujuan pemerintah Afghanistan, memutuskan untuk mengizinkan Taliban memasuki proses negosiasi dalam kondisi yang mencakup pemutusan hubungan teroris, mengakhiri perlawanan bersenjata, dan menghormati konstitusi Afghanistan.
”Kami menjaga kontak dengan Taliban sesuai dengan kriteria ini, mendesak mereka untuk mematuhi tuntutan Dewan Keamanan PBB,” papar Lavrov.
Strategi baru Washington diumumkan oleh Presiden Donald Trump di Pangkalan Myer-Henderson Hall pada hari Senin. Keputusan Trump ini mengejutkan, karena sebelumnya dia mendukung penarikan pasukan AS dari Afghanistan, namun kini justru mengikuti strategi pendahulunya.
“Mengakhiri keterlibatan militer 16 tahun di negara tersebut dengan sebuah penarikan pasukan yang tergesa-gesa hanya akan bermain ke tangan teroris,” kata Trump saat mengumumkan strategi barunya.
Credit sindonews.com