Kamis, 31 Agustus 2017

Pengamat: Perang Melawan Korut Akan Buat Korsel Rata dengan Tanah


Pengamat: Perang Melawan Korut Akan Buat Korsel Rata dengan Tanah
Perang ini, meskipun tanpa melibatkan senjata nuklir, bukan hanya akan menghancurkan Korut, tapi juga Korsel dan negara-negara lain. Foto/Reuters


MOSKOW - Professor Georgy Toloraya, seorang diplomat, sekaligus pengamat situasi di Asia, menuturkan perang dengan Korea Utara (Korut) akan membuat Korea Selatan (Korsel) rata dengan tanah.

Toloroya mengatakan, jika Korut melakukan serangan ke Korsel, maka dipastikan Amerika Serikat (AS) akan langsung bergerak. Perang ini, meskipun tanpa melibatkan senjata nuklir, bukan hanya akan menghancurkan Korut, tapi juga Korsel dan negara-negara lain.

"Semua orang sangat mengerti dengan baik, bahwa untuk Korut, jika melakukan serangan agresif, sebuah konflik militer akan berarti kehancuran yang lengkap dan segera, karena tidak ada yang bisa menyangkal kekuatan militer AS," kata Toloraya, seperti dilansir Russia Today pada Rabu (30/8).

"Namun, bagi AS, upaya untuk memecahkan masalah ini secara militer, juga melakukan serangan balasan terhadap Korut, akan mengubah Korsel menjadi padang pasir. Korut bahkan tidak memerlukan senjata nuklir untuk itu," sambungnya.

Toloroya menuturkan, salah satu alasan Korut tidak perlu menggunakan nuklir untuk bisa menghancurkan Korsel adalah karena Korsel memiliki banyak situs nuklir. Dia menyebut ada 30 fasilitas nuklir Korsel yang berada di dekat dengan perbatasan dengan Korut, yang jika terkena rudal akan berdampak sangat buruk bagi warga Korsel.

Selain Korsel, Tolorya menyatakan, Jepang juga akan menderita kerusakan, begitu pula pangkalan militer AS yang di Jepang, jika perang tersebut akhirnya terjadi.

"Diplomasi dan negosiasi adalah satu-satunya jalan keluar dari krisis. Semua jenis tekanan telah dicoba selama bertahun-tahun, termasuk sanksi. Tapi tidak ada yang menyebabkan perubahan posisi Korut," ungkapnya.

Dia menambahkan, perang di Semenanjung Korea mungkin terjadi secara tidak sengaja. Dia mengatakan, salah satu memiliki kemungkinan akan melakukan kesalahan kecil, yang dapat memicu perang.

"Masalahnya, perang paling berdarah kadang dimulai secara tidak sengaja, atau karena kesalahan, ini telah terjadi dalam sejarah. Semakin tinggi tingkat persenjataan dan semakin panas ketegangan di Semenanjung Korea, semakin besar kemungkinan terjadinya kejadian kesalahan," tukasnya. 



Credit  sindonews.com