Rabu, 30 Agustus 2017

Australia Ingin Latih Tentara Filipina Lawan ISIS di Marawi


Australia Ingin Latih Tentara Filipina Lawan ISIS di Marawi 
Menlu Julie Bishop menyatakan Australia menawarkan bantuan sebagai bentuk keprihatinan atas ancaman teroris yang terus berkecamuk di Marawi tersebut. (REUTERS/Sean Davey)


Jakarta, CB -- Australia menawarkan bantuan bagi Presiden Rodrigo Duterte untuk melatih tentara memberangus militan ISIS yang sejak awal Mei lalu menguasai Marawi, di selatan Filipina.

Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengatakan dirinya baru saja berbicara dengan Duterte. Dalam percakapan, orang nomor satu Filipina itu menyampaikan keinginan untuk meningkatkan kemampuan angkatan bersenjata Filipina.

"Kami siap mendukung Filipina dengan cara yang sama seperti kami mendukung Irak melalui bantuan pelatihan dan saran bagi pasukan bersenjatanya," ucap Bishop, sebagaimana dikutip AFP, Selasa (29/8).

"Kami menujukkan apa yang telah kami lakukan di Irak. Saya bersama Presiden Duterte membicarakan beberapa rincian mengenai bantuan yang selama ini diberikan Australia bagi tentara Irak seperti pelatihan, namun tidak termasuk pengerahan tentara di lapangan," katanya menambahkan.

Langkah ini, tutur Bishop, dilakukan sebagai bentuk keprihatinan Australia terhadap ancaman teroris dan konflik yang terus berkecamuk di Marawi.

Lama memiliki serangkaian kerja sama pertahanan dengan Manila, Canberra telah mengerahkan dua pesawat pengintai Orion AP-3C berteknologi tinggi sebagai bantuan perlawanan militer FIlipina di Marawi.

Selama ini, militer Australia pun menjadi bagian dari koalisi internasional melawan ISIS di Irak dan Suriah, yang mengerahkan sekitar 700 pasukan pertahanannya di Timur Tengah.

Selain Australia, Indonesia, Malaysia, hingga Amerika Serikat pun telah menawarkan berbagai bantuan untuk memberangus ISIS di Marawi.

Konflik antara militer Filipina dan pemberontak Maute di Marawi telah melewati hari ke-100. Meski terus terdesak, pemberontak Maute terus meluncurkan perlawanan yang belum bisa ditangkal militer Filipina. 

Bentrokan ini awalnya dipicu oleh gesekan kecil ketika pasukan pemerintah melakukan operasi untuk menangkap Isnilon Hapilon, pemimpin Abu Sayyaf yang disebut-sebut sebagai panglima ISIS di Asia Tenggara.

Tak lama setelah bentrokan tersebut, Presiden Duterte pun mendeklarasikan darurat militer di seluruh kepulauan Mindanao.



Credit  cnnindonesia.com