Rabu, 30 Agustus 2017

Fakta-fakta Serangan Rudal Korut Lintasi Jepang




Fakta-fakta Serangan Rudal Korut Lintasi Jepang





Credit  cnnindonesia.com



Rudal Korut yang Lintasi Jepang Sempat Ancam Guam


Rudal Korut yang Lintasi Jepang Sempat Ancam Guam 
Menhan Jepang Itsunori Onodera menduga rudal yang diluncurkan melintasi negaranya adalah rudal yang sama dengan yang bakal diluncurkan Korut ke Guam. (Reuters/Kim Kyung-Hoon)


Jakarta, CB -- Menteri Pertahanan Jepang menduga peluru Kendali Korea Utara yang diluncurkan melintasi wilayah udara negaranya, pagi tadi, merupakan tipe rudal balistik jarak menengah.

Dia menyebut rudal yang sama pernah ditembakkan pada Mei lalu. Selain itu, rudal itu juga digunakan untuk mengancam Guam, wilayah Amerika Serikat di kawasan Pasifik.

"Rudal itu mencapai ketinggian 550 kilometer," kata Menhan Itsunori Onodera kepada wartawan, sebagaimana dikutip Reuters pada Selasa (29/8).

Rudal tersebut pecah menjadi tiga bagian sebelum jatuh di Samudra Pasifik.

Pada Mei lalu, Korea Utara menembakkan rudal balistik strategis baru dengan lintasan tinggi ke arah Jepang hingga mencapai ketinggian 2.111,5 kilometer. Jika ditembakkan dengan lintasan biasa, rudal bernama Hwasong-12 itu bisa terbang sejauh 4.000 kilometer.

Setelah itu, Pyongyang kemudian menyatakan berencana untuk menembakkan rudal yang sama ke perairan dekat Guam.

Walau demikian, secara terpisah, Pentagon menyatakan rudal tersebut belum mengancam wilayah AS.

"Komando Pertahanan Amerika Utara (NORAD) menyimpulkan peluncuran rudal dari Korea Utara tidak mengancam Amerika Utara," kata juru bicara Pentagon, Kolonel Robert Manning kepada wartawan.

Manning dan pemerintah Korea Selatan menyatakan militer AS masih mengumpulkan dan menganalisis informasi lebih jauh




Credit  CNN Indonesia



Rudal Korut Lewati Jepang, Korsel Kerahkan Pesawat Pengebom


Rudal Korut Lewati Jepang, Korsel Kerahkan Pesawat Pengebom 
Ilustrasi peluncuran rudal Korut. (REUTERS/Jung Yeon-Je)


Jakarta, CB -- Presiden Korea Selatan Moon Jae-in segera memerintahkan angkatan bersenjatanya untuk menggelar latihan militer setelah Korea Utara meluncurkan peluru kendali yang melewati wilayah udara Jepang pada Selasa (29/8) pagi.

Juru bicara kantor kepresidenan Korsel, Yoon Young-chan, mengatakan latihan militer ini dilakukan sebagai upaya menunjukkan kemampuan militer Korsel untuk menaklukkan Korut seandainya negara terisolasi itu menyerang Seoul.

Menurut laporan Yonhap yang dikutip Reuters, Yoon mengatakan latihan militer itu akan melibatkan sejumlah pesawat pengebom.

Yoon mengatakan Menteri Luar Negeri Korsel Kang Kyung-wha dan Menlu Amerika Serikat Rex Tillerson juga telah berkomunikasi menanggapi aksi terbaru Korut tersebut. Kedua menteri dikabarkan sepakat meminta DK PBB untuk menambah sanksi baru bagi rezim Kim Jong-un tersebut.

Secara terpisah, pejabat tinggi militer Korsel dan Amerika Serikat juga dikabarkan sepakat untuk mengambil langkah tegas menanggapi peluncuran rudal Korut pagi ini.

Kedua belah pihak bahkan tak menutup kemungkinan akan mengambil langkah militer yang belum ditentukan guna menanggapi provokasi Pyongyang yang kian mengkhawatirkan.

"Melalui telepon, kepala staf gabungan militer kedua negara sepakat mengambil langkah penanggulangan secepat mungkin yang dapat menunjukkan kemampuan aliansi, termasuk langkah militer," ucap militer Korsel.

Kantor kepala staf gabungan militer di Seoul tidak menjelaskan lebih rinci mengenai rencana tersebut.

Namun, seorang pejabat Gedung Biru mengatakan AS sudah mempertimbangkan untuk mengerahkan kapabilitas pertahanan strategis di Korsel. Hanya saja, ia tak menjelaskan lebih rinci instrumen militer apa yang akan ditempatkan di Negeri Ginseng.

Peluncuran peluru kendali Korut yang melewati wilayah Jepang pagi ini menjadi peristiwa pertama sejak langkah serupa dilakukan Pyongyang pada 1998 lalu. Saat itu pun, Pyongyang hanya meluncurkan kendaraan peluncur satelit, bukan rudal balistik.

Uji coba rudal hari ini pun menjadi peluncuran ke-14 Korut sejak awal 2017 dan kesembilan kali sejak Presiden Moon menjabat pada Mei lalu.



Credit  CNN Indonesia