MOSKOW
- Pulau terbesar di Rusia, Sakhalin, secara misterius menghilang pada
saat yang sama ketika Korea Utara (Korut) melesatkan peluru kendali
(rudal) yang menerobos wilayah udara Jepang. Namun, tidak ada alarm saat
pulau tersebut lenyap dari layanan pemetaan online.
Yandex yang sering disebut sebagai Google-nya Rusia juga tidak memunculkan lokasi Shakhalin dari peta online. Pulau yang luasnya mencapai 76.400 kilometer persegi ini berlokasi di sebelah utara pulau Hokkaido, Jepang, pulau yang dilewati rudal Pyongyang sebelum jatuh ke perairan Jepang di Laut Pasifik pada hari Selasa.
Pengguna internet tidak dapat menemukan pulau itu di desktop atau platform selulernya saat skala diperbesar antara 180 dan 3.000 kilometer.
Namun, tak ada yang perlu dikhawatirkan, karena pulau Sakhalin masih berdiri. Yandex mengidentifikasi bahwa hilangnya pulau terbesar di Rusia dari peta online tersebut disebabkan oleh bug selama update harian.
”Hari ini selama update terakhir terjadi kegagalan teknis, akibatnya Sakhalin tidak tampil di beberapa skala,” kata pihak Yandex melalui seorang juru bicara. ”Kami telah mengoreksi ini, dan segera Sakhalin akan kembali ke versi layanan mobile dan web,” lanjut Yandex, seperti dilansir dari IB Times, Kamis (31/8/2017).
Sejak pernyataan tersebut dirilis, pulau Sakhalin kini telah kembali ke visibilitas penuh pada layanan peta.
Insiden tersebut sempat memicu para pengguna media sosial berspekulasi atas nasib pulau Sakhalin. Salah satu spekulasi yang ramai muncul adalah pihak berwenang Rusia dengan sengaja ”mengacak” layanan GPS karena alasan keamanan, namun spekulasi ini tidak terbukti.
Uji coba rudal Korea Utara adalah yang pertama kali menerobos wilayah udara atau langit Hokkaido, Jepang, memicu kecaman masyarakat internasional. Beberapa negara, termasuk Indonesia meminta krisis rudal Pyongyang didiskusikan di forum PBB.
Yandex yang sering disebut sebagai Google-nya Rusia juga tidak memunculkan lokasi Shakhalin dari peta online. Pulau yang luasnya mencapai 76.400 kilometer persegi ini berlokasi di sebelah utara pulau Hokkaido, Jepang, pulau yang dilewati rudal Pyongyang sebelum jatuh ke perairan Jepang di Laut Pasifik pada hari Selasa.
Pengguna internet tidak dapat menemukan pulau itu di desktop atau platform selulernya saat skala diperbesar antara 180 dan 3.000 kilometer.
Namun, tak ada yang perlu dikhawatirkan, karena pulau Sakhalin masih berdiri. Yandex mengidentifikasi bahwa hilangnya pulau terbesar di Rusia dari peta online tersebut disebabkan oleh bug selama update harian.
”Hari ini selama update terakhir terjadi kegagalan teknis, akibatnya Sakhalin tidak tampil di beberapa skala,” kata pihak Yandex melalui seorang juru bicara. ”Kami telah mengoreksi ini, dan segera Sakhalin akan kembali ke versi layanan mobile dan web,” lanjut Yandex, seperti dilansir dari IB Times, Kamis (31/8/2017).
Sejak pernyataan tersebut dirilis, pulau Sakhalin kini telah kembali ke visibilitas penuh pada layanan peta.
Insiden tersebut sempat memicu para pengguna media sosial berspekulasi atas nasib pulau Sakhalin. Salah satu spekulasi yang ramai muncul adalah pihak berwenang Rusia dengan sengaja ”mengacak” layanan GPS karena alasan keamanan, namun spekulasi ini tidak terbukti.
Uji coba rudal Korea Utara adalah yang pertama kali menerobos wilayah udara atau langit Hokkaido, Jepang, memicu kecaman masyarakat internasional. Beberapa negara, termasuk Indonesia meminta krisis rudal Pyongyang didiskusikan di forum PBB.
Credit sindonews.com