Ilustrasi ABMD milik AS. (Inquam Photos/Adel Al-Haddad/via Reuters)
Jakarta, CB --
Jepang mengincar radar mutakhir dari Amerika Serikat untuk
memperkuat sistem pertahanan peluru kendali mereka, di tengah ancaman
Korea Utara yang kian nyata setelah rudal dari Pyongyang melintasi
Hokkaido pada Selasa (29/8).
Tiga sumber anonim mengatakan kepada Reuters, radar Spy-6 ini dapat melengkapi sistem pertahanan rudal balistik Aegis (ABMD) yang rencananya mulai beroperasi pada 2023.
Ketiga sumber itu mengatakan, pengerahan ABMD dianggap percuma tanpa kehadiran radar Spy-6 tersebut.
Tanpa radar tersebut, Jepang membutuhkan waktu lama untuk mendeteksi keberadaan rudal. Sementara itu, ABMD baru dapat dikerahkan setelah petugas mendeteksi rudal.
Menurut seorang sumber, AS tidak yakin melepas teknologi radar itu kepada pihak lain sebelum mereka menguji cobanya di negara sendiri. AS baru akan mengoperasikan radar itu pada 2022.
"Tak ada jaminan Jepang akan mendapatkannya," ujar seorang sumber sebagaimana dikutip Reuters.
Sistem pertahanan rudal ini menjadi isu penting setelah rudal yang dilontarkan Korut melintasi langit Hokkaido sebelum jatuh di Samudera Pasifik pada Selasa.
Peluncuran rudal kali ini menjadi yang paling mengancam keamanan Jepang karena sempat melewati wilayah udara Negeri Matahari Terbit itu.
Pada 1998, Pyongyang juga pernah melakukan hal serupa. Namun, saat itu, Pyongyang hanya meluncurkan kendaraan peluncur satelit ke wilayah Jepang, bukan rudal balistik seperti kali ini.
Tiga sumber anonim mengatakan kepada Reuters, radar Spy-6 ini dapat melengkapi sistem pertahanan rudal balistik Aegis (ABMD) yang rencananya mulai beroperasi pada 2023.
Ketiga sumber itu mengatakan, pengerahan ABMD dianggap percuma tanpa kehadiran radar Spy-6 tersebut.
Tanpa radar tersebut, Jepang membutuhkan waktu lama untuk mendeteksi keberadaan rudal. Sementara itu, ABMD baru dapat dikerahkan setelah petugas mendeteksi rudal.
Menurut seorang sumber, AS tidak yakin melepas teknologi radar itu kepada pihak lain sebelum mereka menguji cobanya di negara sendiri. AS baru akan mengoperasikan radar itu pada 2022.
"Tak ada jaminan Jepang akan mendapatkannya," ujar seorang sumber sebagaimana dikutip Reuters.
Sistem pertahanan rudal ini menjadi isu penting setelah rudal yang dilontarkan Korut melintasi langit Hokkaido sebelum jatuh di Samudera Pasifik pada Selasa.
Peluncuran rudal kali ini menjadi yang paling mengancam keamanan Jepang karena sempat melewati wilayah udara Negeri Matahari Terbit itu.
Pada 1998, Pyongyang juga pernah melakukan hal serupa. Namun, saat itu, Pyongyang hanya meluncurkan kendaraan peluncur satelit ke wilayah Jepang, bukan rudal balistik seperti kali ini.
Credit CNN Indonesia
Jepang Bekali Warga untuk Hadapi Ancaman Rudal Korut
Ilustrasi rudal Korut. (Kyodo/ via Reuters)
Jakarta, CB --
Jepang terus membekali warganya di tengah ancaman peluru kendali
Korea Utara yang kian nyata setelah rudal dari Pyongyang melintasi
Hokkaido pada Selasa (29/8).
“Kami terus memberikan informasi yang penting diketahui publik mengenai rudal Korut. Kami juga terus mengimbau agar seluruh warga di Jepang untuk tetap waspada,” ujar Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Masafumi Ishii, di kediamannya di Jakarta, Rabu (30/8).
Sejumlah bekal pesan dan informasi tersebut terbukti berguna bagi warga Jepang, terutama ketika rudal Korut melintasi langit Hokkaido sebelum jatuh di Samudera Pasifik kemarin.
Warga Jepang yang tinggal di sekitar wilayah yang dilalui rudal tersebut bangun dengan notifikasi peringatan ancaman rudal rudal di ponsel mereka yang tersebar sekitar pukul 06.02 pagi waktu setempat.
Di saat bersamaan, media penyiaran Jepang NHK pun langsung merilis peringatan yang memberitahukan warga bahwa sebuah peluru kendali mendekat, dan meminta mereka untuk berlindung.
Peringatan darurat pun sempat menyala di Sapporo, ibu kota Hokkaido. Warga diimbau untuk berlindung ke tempat aman, seperti ruang bawah tanah atau bangunan kokoh, jika serangan rudal benar-benar menghantam kota.
“Kami terus memberikan informasi yang penting diketahui publik mengenai rudal Korut. Kami juga terus mengimbau agar seluruh warga di Jepang untuk tetap waspada,” ujar Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Masafumi Ishii, di kediamannya di Jakarta, Rabu (30/8).
Sejumlah bekal pesan dan informasi tersebut terbukti berguna bagi warga Jepang, terutama ketika rudal Korut melintasi langit Hokkaido sebelum jatuh di Samudera Pasifik kemarin.
Warga Jepang yang tinggal di sekitar wilayah yang dilalui rudal tersebut bangun dengan notifikasi peringatan ancaman rudal rudal di ponsel mereka yang tersebar sekitar pukul 06.02 pagi waktu setempat.
Di saat bersamaan, media penyiaran Jepang NHK pun langsung merilis peringatan yang memberitahukan warga bahwa sebuah peluru kendali mendekat, dan meminta mereka untuk berlindung.
Peringatan darurat pun sempat menyala di Sapporo, ibu kota Hokkaido. Warga diimbau untuk berlindung ke tempat aman, seperti ruang bawah tanah atau bangunan kokoh, jika serangan rudal benar-benar menghantam kota.
Credit CNN Indonesia
Jepang Minta Dukungan Indonesia untuk Tekan Korut
Duta Besar Jepang untuk Indonesia,
Masafumi Ishii, mengatakan bahwa komunikasi Tokyo dengan negara di Asia
Tenggara harus dipertahankan karena sebagian besar negara di kawasan
memiliki hubungan diplomatik dengan rezim Kim Jong-un. (CNN
Indonesia/Riva Dessthania Suastha)
Jakarta, CB --
Jepang meminta Indonesia dan negara lain di Asia Tenggara untuk
memberikan tekanan lebih keras pada Korea Utara agar menghentikan ambisi
program rudal dan nuklirnya.
“Jepang akan terus menjaga kedekatan komunikasi dengan Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya supaya bisa bersatu untuk lebih menekan Korea Utara,” ujar Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Masafumi Ishii, di kediamannya di Jakarta, Rabu (30/8).
Ishii mengatakan, tekanan dari sejumlah negara akan lebih efektif. Untuk itu, Jepang akan terus menjaga komunikasi dengan negara-negara di kawasan.
Menurut Ishii, komunikasi Tokyo dengan negara di Asia Tenggara harus dipertahankan karena sebagian besar negara di kawasan memiliki hubungan diplomatik dengan rezim Kim Jong-un, termasuk Indonesia.
Ia mengatakan, dengan komunikasi intensif, Jepang dan negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia bisa saling bertukar informasi seputar tanggapan dan pendirian masing-masing negara menyangkut isu Korut ini.
“Kami sangat menghargai pendirian Indonesia yang segera melontarkan kecaman terhadap Korut. Pernyataan Indonesia soal Korut kemarin sangat tegas dan kuat. Jepang sangat mengapresiasi itu,” kata Ishii.
Melalui pernyataan resmi, Kemlu RI sebelumnya mengatakan uji coba rudal itu bertentangan dengan kewajiban Korut terhadap resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, khususnya resolusi 2270 (2016), 2321 (2016), 2356 (2017), dan 2371 (2017).
"Indonesia menegaskan kembali bahwa stabilitas di Semenanjung Korea sangat penting artinya. Untuk itu Indonesia mengajak semua negara untuk berkontribusi terhadap penciptaan perdamaian dan stabilitas di kawasan," kata Kemlu RI.
Komentar itu dilontarkan menyusul uji coba rudal terbaru Korut pada Selasa (29/8). Peluncuran rudal kali ini menjadi yang paling mengancam keamanan Jepang karena sempat melewati wilayah udara Negeri Matahari Terbit itu.
Peluru kendali Korut sempat terdeteksi terbang sejauh 2.700 kilometer dan melewati langit Jepang sebelum jatuh di perairan Pasifik—1.200 kilometer dari Hokkaido pada Selasa pagi sekitar pukul 06.00 waktu setempat.
Pada 1998, Pyongyang juga pernah melakukan hal serupa. Namun, saat itu, Pyongyang hanya meluncurkan kendaraan peluncur satelit ke wilayah Jepang, bukan rudal balistik seperti kali ini.
“Jepang akan terus menjaga kedekatan komunikasi dengan Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya supaya bisa bersatu untuk lebih menekan Korea Utara,” ujar Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Masafumi Ishii, di kediamannya di Jakarta, Rabu (30/8).
Ishii mengatakan, tekanan dari sejumlah negara akan lebih efektif. Untuk itu, Jepang akan terus menjaga komunikasi dengan negara-negara di kawasan.
Menurut Ishii, komunikasi Tokyo dengan negara di Asia Tenggara harus dipertahankan karena sebagian besar negara di kawasan memiliki hubungan diplomatik dengan rezim Kim Jong-un, termasuk Indonesia.
Ia mengatakan, dengan komunikasi intensif, Jepang dan negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia bisa saling bertukar informasi seputar tanggapan dan pendirian masing-masing negara menyangkut isu Korut ini.
“Kami sangat menghargai pendirian Indonesia yang segera melontarkan kecaman terhadap Korut. Pernyataan Indonesia soal Korut kemarin sangat tegas dan kuat. Jepang sangat mengapresiasi itu,” kata Ishii.
Melalui pernyataan resmi, Kemlu RI sebelumnya mengatakan uji coba rudal itu bertentangan dengan kewajiban Korut terhadap resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, khususnya resolusi 2270 (2016), 2321 (2016), 2356 (2017), dan 2371 (2017).
"Indonesia menegaskan kembali bahwa stabilitas di Semenanjung Korea sangat penting artinya. Untuk itu Indonesia mengajak semua negara untuk berkontribusi terhadap penciptaan perdamaian dan stabilitas di kawasan," kata Kemlu RI.
Komentar itu dilontarkan menyusul uji coba rudal terbaru Korut pada Selasa (29/8). Peluncuran rudal kali ini menjadi yang paling mengancam keamanan Jepang karena sempat melewati wilayah udara Negeri Matahari Terbit itu.
Peluru kendali Korut sempat terdeteksi terbang sejauh 2.700 kilometer dan melewati langit Jepang sebelum jatuh di perairan Pasifik—1.200 kilometer dari Hokkaido pada Selasa pagi sekitar pukul 06.00 waktu setempat.
Pada 1998, Pyongyang juga pernah melakukan hal serupa. Namun, saat itu, Pyongyang hanya meluncurkan kendaraan peluncur satelit ke wilayah Jepang, bukan rudal balistik seperti kali ini.
Credit CNN Indonesia