Kamis, 10 Agustus 2017

PM Australia Menentang Ancaman Trump untuk Korea Utara


PM Australia Menentang Ancaman Trump untuk Korea Utara 
PM Malcolm Turnbull tidak setuju dengan ancaman Presiden Trump terhadap Korea Utara. (AFP Photo/Peter Parks)


Jakarta, CB -- Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull tidak setuju dengan ancaman Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang bersumpah akan memberikan "api dan kemarahan" untuk Korea Utara jika terus mengusik AS.

Turnbull mengatakan satu-satunya cara untuk menangani Korea Utara adalah dengan menggunakan "tekanan ekonomi maksimum" dan ia menyambut baik sanksi "baru dan keras" dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa belum lama ini.

Dia mengatakan Australia akan mengimplementasikan sanksi tersebut beserta langkah-langkah lain yang diperlukan untuk menekan Korut.

Bill English, Perdana Menteri Selandia Baru, bahkan menyebut komentar Trump "tidak membantu."

"Saya rasa komentar-komentar itu tidak membantu di tengah lingkungan yang sangat tegang," ujarnya kepada media setempat, sebagaimana dikutip The Guardian, Rabu (9/8).

Trump melontarkan peringatan kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada Selasa saat sesi berfoto di Klub Golf nasional di Bedminster, New Jersey.

"Korea Utara sebaiknya tidak lagi membuat ancaman kepada Amerika Serikat. Mereka akan menghadapi api dan kemarahan yang belum pernah terjadi di dunia," kata Trump.
 
"Ancamannya (Kim Jong-un) sudah melebihi batas normal untuk Amerika Serikat. Mereka akan menghadapi api, kemarahan dan kekuatan besar yang tidak pernah terjadi di dunia."

Sejumlah pakar menyebut retorika agresif Trump bisa memberikan dampak buruk kepada AS. Hal itu bisa membuat Kim Jong-un semakin yakin bahwa rezimnya terancam dan memicunya melakukan serangan terlebih dahulu.

"Sangat bahaya dan ceroboh dan kontra-produktif Donald Trump mengancam akan memusnahkan Korea Utara," kata Daryl Kimball, kepala Arms Control Association di Washington.

"Yang kita butuhkan adalah dialog untuk mengurangin tensi dan menghindari miskalkulasi yang bisa berujung bencana. Kita saat ini sedang menuju ke arah konflik dan kita harus menghindari hal tersebut."




Credit  CNN Indonesia