Foto: Pool/Dok. PTDI
Jakarta - Pesawat N219 buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang dikembangkan bersama LAPAN ditargetkan diproduksi massal di 2019 mendatang.
Produksi massal pesawat buatan Bandung tersebut bisa dilakukan setelah mendapatkan Type Certificate yang diperkirakan pada 2018 dari Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kementerian Perhubungan.
Lalu berapa harga jual pesawat N219? Menurut Direktur Produksi PTDI, Arie Wibowo, harga jual pesawat N219 berada di kisaran US$ 6 juta per unit atau sekitar Rp 81 miliar.
"Kita di kisaran US$ 6 jutaan ya," ujar Arie saat berbincang dengan detikFinance, Jakarta, Selasa (22/8/2017).
Sedangkan kebutuhan modal untuk produksi pesawat dengan kapasitas 19 penumpang sebesar 50% dari harga jual, atau berada di angka US$ 3 juta per unit atau sekitar Rp 40,5 miliar.
"Modalnya minimum saya dapat sekitar 50% dari harga jual lah untuk memulai," tambah Arie.
Beberapa maskapai dalam negeri pun berminat untuk membeli pesawat N219 buatan Bandung. Pesawat perintis ini memiliki daya jelajah hingga 880 km dalam sekali jalan untuk menjangkau daerah terpencil.
"Sebetulnya approaching beberapa airline menyatakan punya intensi beli, tapi belum memastikan akan beli," ujar Arie.
Beberapa calon pembeli tersebut, kata Arie, perlu didorong oleh berbagai insentif yang perlu diberikan pemerintah, mulai dari insentif pajak hingga kewajiban penggunaan pesawat buatan dalam negeri.
"Contohnya ada namanya pengurangan pajak atau kebijakan pajak. Kedua, dia diberikan semacam perlindungan bahwa airline beli pesawat dalam negeri. Dengan itu bisa naikkan produksi dalam negeri," ujar Arie.
Selain itu, subsidi tiket juga perlu diberikan kepada penumpang pesawat N219 nantinya. Sehingga maskapai dalam negeri terpacu untuk membeli pesawat dalam negeri, khususnya buatan PTDI.
"Kemungkinan memakai subsidi-subsidi perintis kan ada. Subsidi perintis diberikan airliner N219," kata Arie.
Credit finance.detik.com
Ini Kecanggihan N219 yang Diminati Maskapai Dalam Negeri
Foto: Mukhlis Dinillah/detikBandung
Jakarta - Meskipun belum diproduksi massal, pesawat N219 buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang dikembangkan bersama LAPAN sudah diminati beberapa maskapai dalam negeri. Pesawat buatan Bandung memiliki kemampuan untuk menjangkau daerah terpencil dengan daya tampung penumpang hingga 19 orang dengan kabin yang luas.
Pesawat N219 bisa digunakan untuk mengangkut penumpang sipil, angkutan militer, angkutan barang atau kargo, evakuasi medis, hingga bantuan saat bencana alam. Dengan kelebihan tersebut, pesawat ini juga lebih murah dibandingkan pesawat sejenisnya, yaitu Twin Otter.
"Ini harganya murah US$ 6 juta, Twin Otter US$ 7-8 juta," kata Direktur Produksi PTDI Arie Wibowo saat berbincang dengan detikFinance, Jakarta, Selasa (22/8/2017).
Pesawat N219 memiliki kecepatan maksimum mencapai 210 knot, dan kecepatan terendah mencapai 59 knot. Artinya kecepatan cukup rendah namun pesawat masih bisa terkontrol, ini penting terutama saat memasuki wilayah tebing dan pegunungan.
Dapur pacu pesawat buatan Bandung ini dilengkapi dengan dua mesin Pratt & Whitney Aircraft of Canada Limited PT6A-42 masing-masing bertenaga 850 SHP dan dilengkapi dengan Hartzell 4-Blade Metal Propeller.
"Kemudian produk ini pakai teknologi sudah available di pasar, bukan sesuatu yang susah didapat. Engine-nya sudah dipakai di mana-mana," kata Arie.
Pesawat N219 mampu mengangkut beban hingga 7.030 kilogram (kg) saat take off dan 6.940 kg saat mendarat. Kecepatan pesawat N219 bisa mencapai 210 knot dengan kecepatan ekonomisnya 190 knot.
Credit finance.detik.com