Washington
(CB) - Laporan Pentagon menyatakan, Angkatan Udara Amerika
Serikat bisa kesulitan memenuhi keperluan pesawat tempurnya pasca 2021
jika pola penyediaan anggaran tidak berubah.
Sejalan
dengan pengetatan anggaran, Angkatan Udara Amerika Serikat dipaksa
memensiunkan lebih banyak pesawat tempurnya ketimbang yang bisa dibeli.
Laporan itu, sebagaimana dilansir www.defensenews.com, Kamis, menyatakan bahwa titik terendah ketersediaan armada pesawat tempur Angkatan Udara Amerika Serikat terjadi pada 2031.
Laporan
itu bersandar pada rencana pembiayaan, laporan daftar inventaris, dan
laporan tahunan Pentagon pada kurun tahun fiskal 2017-2046.
Pada
tahun lalu, Kongres memberi mandat kepada Angkatan Udara Amerika Serikat
untuk memelihara 1.900 pesawat tempur berbagai tipe, kelas, dan varian,
hingga sesudah 2021.
Tetapi
Angkatan Udara Amerika Serikat tidak memiliki cukup biaya untuk
memenuhi mandat itu. Hingga saat ini, Angkatan Udara Amerika Serikat
memiliki 1.971 pesawat tempur, termasuk A-10 Warthog, F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, F-22 Raptor, dan F-35A Lightning II.
Jika kekuatan satu skuadron udara adalah 16 unit pesawat terbang, maka jumlah itu sama dengan sekitar 120 skuadron udara.
Laporan itu menyebutkan, Angkatan Udara Amerika Serikat berencana memensiunkan A-10 Warthog pada tahun fiskal 2018 hingga 2022, walau masih disebutkan “bisa berubah”.
Kongres juga mendesak Angkatan Udara Amerika Serikat segera mengoperasikan F-22 Raptor buatan Lockheed Martin, yang biaya pembuatannya terus membengkak, satu hal sangat serius bagi mereka.
Angkatan
Udara Amerika Serikat juga memerlukan ratusan pesawat latih lanjut
tempur, yang ditenderkan kepada berbagai pihak, di antaranya konsorsium
Boeing dan Saab dari Swedia.
Credit ANTARA News