Jumat, 27 Mei 2016

Pertamina dan Rosneft Teken Kerjasama Senilai US$13 Miliar



Pertamina dan Rosneft Teken Kerjasama Senilai US$13 Miliar 
 Penandatanganan Kerjasama Pembangunan Kilang GRR Tuban antara PT Pertamina (Persero) dengan OJSC Rosneft di Jakarta, Kamis malam (26/5). (CNN Indonesia/Galih Gumelar)
 
Jakarta, CB -- Perusahaan minyak pelat merah, PT Pertamina (Persero) menandatangani kerangka perjanjian pengembangan kilang Grass Root Refinery (GRR) yang berlokasi di Tuban, Jawa Timur dengan perusahaan migas asal Rusia, OJSC Rosneft Oil Company. Ini merupakan tahap awal pembangunan kilang yang sedianya rampung di tahun 2021.

Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan kerjasama ini merupakan langkah baik bagi perusahaan mengingat Pertamina terakhir membangun kilang 26 tahun silam yang berlokasi di Kasim, Papua Barat dan Balongan, Jawa Barat.

Apalagi menurutnya, kemitraan dengan Rosneft dianggap sebagai langkah tepat karena ia menganggap perusahaan Rusia itu sudah berpengalaman dalam membangun kilang. Sebagai produsen minyak terbesar, ia juga yakin Rosneft memiliki kemampuan yang baik dalam memasok minyak mentah untuk kebutuhan kilang.

"Melalui prinsip Good Corportae Governance (GCG), Pertamina telah melakukan seleksi untuk mencari partner kilang baru di Tuban. Rosneft dipilih sesuai dengan enam faktor yang kami susun, dan di dalam proses tersebut Rosneft menunjukkan keunggulan dengan bermitra dengan Pertamina," ujar Dwi di Jakarta, Kamis (26/5).

Ia melanjutkan, investasi ini bernilai US$12 miliar hingga US$13 miliar. Namun angka ini belum pasti mengingat kedua perusahaan belum melakukan studi keuangan (bankable study). Kajian tersebut, tambahnya, akan dilakukan tahun ini berbarengan dengan pembentukan perusahaan patungan (joint venture) antara keduanya.

"Dan porsi kepemilikan kami di joint venture ini juga belum ditentukan. Tapi rencananya kami akan ambil mayoritas, minimal 55 persen," imbuhnya.

Di samping itu, kesepakatan ini juga mencakup kesediaan kedua perusahaan untuk mengintegrasikan kilang dengan industri petrokimia di Tuban. Rencananya, sebanyak 15 hingga 20 persen hasil keluaran kilang ini akan digunakan sebagai bahan baku industri itu, sementara 40 persennya dialokasikan untuk bensin dan 30 hingga 35 persennya dialokasikan untuk produksi diesel.

"Dan di dalam suplai crude ini, Rosneft akan menyumbang 45 persen jika harganya terlihat menjanjikan. Sementara itu sisa 55 persen akan diberikan ke kami, dan kami akan cari suplai yang terbaik," kata Dwi.

Ia berharap, kajian teknis proyek ini bisa berjalan tahun 2017 dan akan groundbreaking di tahun 2018, tentunya jika pembentukan joint venture telah selesai.

Melengkapi ucapan Dwi, Vice-President Downstream Rosneft, Didier Casimiro mengatakan kemitraan dengan Pertamina diharapkan semakin memperkuat lini bisnis internasional perusahaan yang sebelumnya telah beroperasi di 23 negara.

"Apalagi ini akan diintegrasikan dengan industri petrokimia, maka efek multiplikasinya akan sangat besar. Kami harap kemitraan yang terjalin ada mutual benefit dan bisa berlangsung jangka panjang," terangnya di lokasi yang sama.


Sebagai informasi, proyek Tuban merupakan satu dari dua proyek kilang baru yang akan dibangun perusahaan dalam 10 tahun ke depan. Rencana kilang lainnya, GRR Bontang, rencananya akan menelan dana sampai US$14 miliar dan beekapasitas 300 million barrel steam per day (MBSD).

Sebelum menetapkan Rosneft sebagai pemenang, Pertamina mendapatkan proposal dari lima perusahaan lain yang terdiri dari Kuwait Petroleum International, China Petroleum and Chemical Corporation Ltd (Sinopec), konsorsium PTT Global Chemical Plc dan Thai Oil Ltd, Indian Oil, dan Saudi Aramco.


Credit  CNN Indonesia