Nanocrystalline Cellulose (NCC). purdue.edu
Selama ini, bubur kayu—termasuk dari hutan Indonesia—banyak digunakan untuk membuat kertas. Sebuah penelitian mengungkapkan, material hasil olahan bubur kayu yang dimaksud adalah nanocrystalline cellulose (NCC).
Material ini bersifat tembus pandang, ringan, dan murah. Struktur dasarnya terbentuk dari susunan kristal mirip jarum. Kekuatannya terhitung delapan kali lebih kuat ketimbang baja stainless.
"Bahan ini merupakan versi alami dan terbarukan dari carbon nanotube," ujar peneliti fisika material, Jeff Youngblood dari NanoForestry Institute, Purdue University, Amerika Serikat.
Proses pembuatan NCC dimulai dengan memurnikan kayu. Senyawa lignin dan hemiselulosa dikupas dari kayu—bahan ini bisa dipakai sebagai bahan bakar seperti etanol. Ampas kayu kemudian digiling dan dihancurkan sehingga menjadi bubur. Pencampuran dengan asam tertentu membuat bubur mengental seperti pasta.
Pendinginan membuat material ini menjadi ringan, mampu menyerap air, dan bisa mencegat arus listrik. "Bahan ini sangat indah. Jumlahnya melimpah," kata dia.
Yang lebih menarik adalah nanoselulosa pada NCC berukuran 200 nanometer—dua kali ukuran virus HIV. Akibatnya, material ini tidak membutuhkan banyak kayu. Pabrik cukup memanfaatkan cabang, ranting, atau serbuk gergaji. "Seperti mengubah sampah menjadi emas," ujar dia.
Amerika Serikat telah membuka pabrik NCC pertama di Madison, Wisconsin, pada 2012. Lembaga think-tank ilmu pengetahuan Amerika, National Science Foundation, meramalkan material ini akan menjadi bahan industri skala besar bernilai US$ 600 miliar pada 2020.
Perusahaan Pioneer Electronics asal Jepang mulai menggunakan bahan ini sebagai layar elektronik fleksibel. Sementara itu, International Business Machines (IBM) menggunakan bahan ini untuk merakit komponen komputer.
Credit TEMPO.CO