Rabu, 25 Mei 2016

Nusantara, Kisah tentang Berkah Melimpah di Jalur Magma


Nusantara, Kisah tentang Berkah Melimpah di Jalur Magma  
Peta Papua. (Dok. Google Earth)
 
Jakarta, CB -- Terletak 45 kilometer dari utara Tembagapura Papua, Blok Wabu kini menjadi incaran banyak pihak. Blok Wabu menjadi pembicaraan di kalangan industri pertambangan setelah pada akhir tahun lalu Freeport Indonesia berencana melepaskan wilayah itu.

Blok Wabu bersebelahan dengan Desa Bilogai dan Sugapa. Daerah dengan ketinggian 2.000 sampai 2.950 meter di atas permukaan laut itu ditaksir menyimpan cadangan emas dan tembaga.

“Blok Wabu memiliki potensi emas sebanyak 240 ton. Banyak yang tertarik untuk mengeksplorasi dan eksploitasi,” kata Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Sukmandaru Prihatmoko, kepada CNNIndonesia.com, pertengahan April lalu.

Sebuah batuan intrusi berukuran 12 x 2 kilometer menerobos batuan sedimen di sekitar punggungan Wabu. Terobosan ini di antaranya memiliki komposisi bervariasi dari diorite, syenodiorit dan monsodiorit –kandungan yang biasa terdapat di tambang emas.

Penambangan emas di Papua Nugini beroperasi sejak 150 tahun lalu. 
Dalam perjanjian kontrak karya, Freeport wajib melepaskan wilayahnya secara bertahap. Pada kontrak karya pertama, Freeport mendapat wilayah konsesi seluas 2,5 juta hektare. Rencananya, Freeport akan mengurangi wilayahnya saat ini dari 212.950 hektare menjadi 90.360 hektare.

“Pelepasan Blok Wabu masih dalam pembahasan, tergantung renegoisasi kontrak antara pemerintah dengan Freeport,” kata Praktisi Eksplorasi dan Pertambangan Mineral Berharga dan Logam Dasar, Wahyu Sunyoto.

Blok Wabu adalah salah satu kekayaan tersembunyi. Papua, kepulauan berbentuk burung itu, memang menyimpan potensi kekayaan mineral.

Secara geologis, kata Sukmandaru, ada kemungkinan kesamaan potensi mineralisasi antara wilayah Papua bagian barat dan Papua Nugini. Namun dibandingkan Papua Nugini, kegiatan pertambangan di wilayah ujung timur Indonesia itu jauh tertinggal.

Saat ini ada sekitar 10 pertambangan di Papua Nugini dari beberapa perusahaan berasal dari Jerman dan Australia. Di negara itu pertambangan emas beroperasi sejak 150 tahun lalu.

Sementara di Papua yang jadi bagian Indonesia, hanya ada satu perusahaan pertambangan, yakni Freeport Indonesia yang menambang emas dan tembaga di wilayah Pegunungan Jayawijaya. Tambang Grasberg yang dieksploitasi Freeport adalah tambang emas terbesar di dunia dan tambang tembaga ketiga terbesar di dunia.

Menurut mantan Ketua Badan Geologi Indonesia, Sukhyar, hingga kini ada 125 izin usaha pertambangan yang dikeluarkan Pemerintah Daerah Papua. Izin itu untuk pertambangan emas, batu bara, nikel, timah.

Namun, katanya, pertambangan di wilayah Papua mandek. Perusahaan pertambangan menghadapi area yang masih remote dan memakan biaya untuk dieksploitasi. Selain itu ada beberapa wilayah yang potensi mengandung bahan galian berharga, namun berbenturan dengan zonasi konservasi lingkungan, salah satunya wilayah di Taman Lorentz.

Menurut mantan salah seorang pejabat di kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pengusaha pertambangan mengeluhkan mahalnya biaya keamanan. Di wilayah itu, investor harus mendapat perlindungan keamanan khusus karena kerap terjadi konflik.

 
Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Sukmandaru Prihatmoko. (Twitter/@MasyGeoEkonomi)
Jalur Cincin Berapi Pasifik
Bukan hanya Papua, berkat posisi Indonesia berada di jalur The Pacific Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik, membuat Nusantara menyimpan kekayaan yang luar biasa.

Jalur Cincin Berapi Pasifik terbentuk akibat pertemuan empat lempeng tektonik, yakni lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.

Kondisi ini menyebabkan aktivitas vulkanik tinggi yang memproses pembentukan mineral logam. Magma sebagai cairan panas dan pijar merupakan sumber dari jebakan bijih yang terjadi dari bermacam-macam komponen.

Pada waktu magma naik ke permukaan bumi, maka temperatur dan tekanannya akan turun. Akibatnya terjadi kristalisasi di mana komponen yang sukar larut akan mengkristal lebih dahulu sebagai endapan bijih.

Westerveld (1952) membuat peta jalur kegiatan magmatik. Ada 15 busur magmatik, tujuh di antaranya membawa jebakan emas dan tembaga, dan delapan lainnya belum diketahui.

Busur yang menghasilkan jebakan mineral logam tersebut adalah busur magmatik Aceh, Sumatera-Meratus, Sunda-Banda, Kalimantan Tengah, Sulawesi- Mindanau Timur, Halmahera Tengah, Irian Jaya.

Menurut Sukmandaru, jumlah sumber daya dan cadangan (endowment) mineral berdasarkan busur magmatik yakni emas sebanyak 7.311 ton, perak (19.448 ton), dan tembaga sebanyqak (64,832 juta ton).

Hingga kini ada sekitar 16 wilayah penambangan emas di seluruh wilayah Indonesia, yakni Grasberg, Gosowong, Kencana, Lebong Tandai, Cibaliung, Wetar, Pongkor, Kelian, Muro, Mesel, North Lanut, Rawas, Batu Hijab, Martabe, Toka Tindung, dan Muro West.

Munurut Sukmandaru, potensi bahan galian berharga ini seharusnya dimanfaatkan serius. “Pemerintah saatnya mengandalkan bahan galian ini sebagai pengganti minyak bumi dan gas alam,” katanya.

Road Map Pertambangan

Menurut Sukmandaru, IAGI merekomendasikan agar pemerintah mengevaluasi ulang dan memverifikasi seluruh kekayaan atau sumber daya dan cadangan mineral yang ada di Indonesia .

Selain itu, dia mengusulkan agar pemerintah membuat Peta Jalan (road map) Pertambangan Indonesia. Road map itu menjadi semacam patokan bagi pemerintah dalam mengelola sumber daya alam (mineral).

“Dalam road map, pemerintah dapat merencanakan penggunaan sumber daya alam mineral yang diprioritaskan untuk kepentingan industri dalam negeri, jangan diekspor sebagai bahan mentah,” kata Daru.

Apabila ada sinergi dengan kebutuhan dalam negeri, dia yakin, akan mendorong pertumbuhan industri dan ekonomi nasional.




Credit  CNN Indonesia