Senin, 30 Mei 2016

Para tokoh junta militer di 'Operasi Condor' dihukum


Operation Condor 
  Ribuan orang masih hilang jadi korban Operasi Condor mulai pertengahan 1970an hingga 1980an. 
 
Bekas pemimpin junta Argentina Reynaldo Bignone dijatuhi hukuman 20 tahun penjara untuk kejahatan yang dilakukan melalui Operasi Condor - sebuah persekongkolan antara para diktator di Amerika Selatan.

Bignone dan 14 perwira militer lainnya dinyatakan bersalah oleh pengadilan di Argentina setelah persidangan selama tiga tahun. 


 Reynalo Bignone

  Reynalo Bignone adalah salah satu tokoh kunci dalam Operasi Condor yang menyiksa, menewaskan dan menghilangkan ribuan orang di seantero Amerika Latin. 
 
Operasi Condor dilancarkan secara rahasia pada tahun 1970-an.
Banyak aktivis sayap kiri diculik dan dibunuh di Argentina, Uruguay, Brazil, Chili, Paraguay dan Bolivia.

Hakim di pengadilan di Buenos Aires mengumumkan hukuman terhadap Bignone, diktator terakhir Argentina, Jumat (27/5).
Mantan tokoh Uruguay, Kol. Manuel Cordero - satu-satunya terdakwa non-Argentina - dijatuhi hukuman penjara 25 tahun.

  Reynalo Bignone Videla

 Reynalo Bignone Videla dan Jorge Videla dalam sidang beberapa waktu lalu -saat Videla masih hidup. 
 
Para hakim masih akan melanjutkan pemberian hukuman terhadap para bekas perwira militer lainnya.
Sejak sidang dimulai pada 2013, lima terdakwa, termasuk Jorge Rafael Videla, pemimpin junta Argentina selama tiga tahun pertama, telah meninggal. 


 Operation Condor



Sidang berlangsung hingga tiga tahun, diikuti seksama keluarga korban kekejaman junta militer. 

 Operation Condor

 Militer di berbagai negara Amerika Latin yangs ebelumnya berperang satu sama lain, bersatu melawan musuh bersama: kaum kiri. 

 
Operasi Condor - dinamai berdasarkan nama burung bangkai terbesar di Amerika Selatan - mulai dilancarkan tahun 1975 pada pertemuan para kepala intelijen dari Argentina, Bolivia, Chile, Paraguay dan Uruguay.
Tak lama kemudian bergabung Brasil, dan - dalam peran yang lebih terbatas - Ekuador dan Peru.
Operasi yang berlanjut hingga tahun 1980, menggabungkan militer dari negara-negara tetangga yang sebelumnya berperang satu sama lain untuk melawan musuh baru bersama: penyebaran ideologi Marxisme di seluruh kawasan.







Credit  BBC