Rangkaian kereta terlihat melintasi padang salju, di wilayah
Borodinsky , dekat kota Siberia, Krasnoyarsk timur, daerah tersebut
merupakan wilayah pertambangan di negara Rusia. 9 Desember 2014.
REUTERS/Ilya Naymushin.
Menurut The Christian Science Monitor, ilmuwan di Moscow mengungkapkan bahwa kawah Popigai Astroblem selebar 100 kilometer itu memiliki deposit intan industrial yang luar biasa besarnya.
Dilaporkan pula bahwa Uni Soviet sebenarnya telah menemukan harta karun itu pada 1970-an, tapi mereka merahasiakan hal itu untuk menghindari gejolak di pasar berlian yang amat menguntungkan negara tersebut. Kini, setelah informasi itu diungkap ke hadapan publik, ilmuwan Rusia mengatakan intan Popigai dapat mengubah pasar global secara radikal. Intan ini dilaporkan dua kali lebih keras dibanding intan biasa.
Menurut Richard April, dosen geologi di Colgate University, Hamilton, Amerika Serikat, ada dua penjelasan utama atas formasi yang disebut "intan tumbukan" itu. Dia mengatakan bahwa intan semacam itu biasanya ditemukan dalam jumlah kecil di sejumlah kawah bekas tumbukan meteorit di seluruh dunia. Meteorit itu berasal dari meteor, pecahan asteroid, atau komet yang memasuki astmosfer bumi dengan kecepatan tinggi dan jatuh ke bumi.
Ada kemungkinan, meteorit ini jatuh di kawasan yang kaya karbon, misalnya sisa-sisa bangkai organisme hidup. Temperatur dan tekanan tinggi yang ditimbulkan oleh benturan itu cukup untuk mengubah karbon darat menjadi intan.
Dalam skenario kedua, karbon berasal dari dalam meteorit. Ketika menabrak bumi, karbon melebur menjadi intan yang tersebar di dalam tanah.
Kedua skenario itu didukung oleh sejumlah bukti, termasuk penemuan meteorit yang mengandung intan-intan kecil. Namun April menyatakan bahwa tak ada skenario manapun yang bisa menjelaskan mengapa kandungan intan di kawah Siberia itu sedemikian besar.
"Intan yang ditemukan di sekitar kawah bekas tabrakan meteorit umumnya kecil dan sedikit," kata April. "Amat menarik bila Rusia mengklaim menemukan deposit intan yang luar biasa besarnya dalam kawah bekas tumbukan meteorit. Sebab, sepengetahuan kami, hal itu mustahil."
Credit TEMPO.CO