Kamis, 26 Mei 2016

Sebelum Produksi Ban Pesawat, Ini Lompatan yang Dilakukan RI


 
Sebelum Produksi Ban Pesawat, Ini Lompatan yang Dilakukan RI  
Foto: Dana Aditiasari
 
Jakarta -Sampai saat ini, Indonesia belum memiliki pabrik ban pesawat sendiri. Untuk kebutuhan ban pesawat, Indonesia masih mengimpor dari beberapa negara produsen seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan Jepang. Bahkan untuk memperbaiki ban pesawat atau vulkanisir juga belum mampu dilakukan di dalam negeri.

Untuk mengejar ketertinggalan tersebut, Indonesia berencana membangun bengkel vulkanisir ban pesawat terlebih dahulu. Untuk membangun bengkel vulkanisir dibutuhkan roadmap atau kerangka tujuan bersama dengan beberapa kementerian dan lembaga.

"Roadmap, jadi rencana bersama untuk membuat langkah-langkah dengan milestone-milestone yang ada di dalamnya. Dengan pencapaian sampai ke tujuan akhir," kata Program Manager Transportasi Airlines Kementerian Perhubungan, Alphada kepada detikFinance di Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Rabu (25/5/2016).

Pembentukan roadmap membutuhkan andil dari beberapa kementerian dan lembaga terkait seperti Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindustrian, dan juga Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

"Kalau ban pesawat dari Direktorat Kelaikan Udara Kementerian Perhubungan. Untuk pembinaan industrinya Kemenperin, untuk research dan teknologinya sama BPPT," jelas Alphada.

Umur ban pesawat yang pada umumnya selama 3 bulan dan perlu divulkanisir atau retrade agar kembali normal. Batas sebuah ban pesawat melakukan vulkanisir adalah sebanyak 3 kali dan kemudian setelahnya harus dilakukan pergantian dengan ban yang baru.

Dengan adanya bengkel vulkanisir ban pesawat di Indonesia, diharapkan dapat mengurangi ketergantungan vulkanisir dan impor ban pesawat dari luar negeri.

BPPT akan menjadi motor penggerak bagi terlaksananya pembangunan bengkel vulkanisir ban di dalam negeri.

"Mungkin kecenderungannya nanti BPPT akan jadi leader untuk mengkordinasikan semuanya," kata Alphada.

Pembangunan bengkel vulkanisir ban pesawat dilakukan karena biaya yang cenderung lebih murah. Ke depannya juga diharapkan akan dibangun industri ban pesawat untuk memenuhi kebutuhan maskapai di Indonesia. BPPT juga sejak tahun 2013 lalu telah melakukan penelitian untuk mengetahui struktur ban pesawat terbang.

"Ini lebih mudah aja lebih murah aja. BPPT sudah mulai merintis sejak 3 tahun lalu," tutup Alphada.



Credit  detikfinance



Bengkel Pesawat RI Harus ke Thailand untuk Vulkanisir Ban

Bengkel Pesawat RI Harus ke Thailand untuk Vulkanisir Ban Foto: Bengkel Pesawat Garuda Indonesia (Dana Aditiasari/Detik)
Jakarta -Selama ini bengkel pesawat di dalam negeri belum mampu melayani permintaan vulkanisir atau retrade ban pesawat. Akibatnya, proses vulkanisir harus dilakukan di luar negeri seperti di Thailand.

Untuk mengurangi ketergantungan tersebut, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tengah melakukan serangkaian proses sertifikasi industri vulkanisir ban dan diperkirakan rampung 2017 mendatang. Sedangkan pembangunan industri vulkanisir ban pesawat dalam negeri diperkirakan dapat dibangun tahun 2019.

"Kita mungkin proses bikin sertifikasi retrade ban pesawat setahun jadi 2017. 2019 mungkin sudah bisa bangun," jelas Kepala Pusat Teknologi Material BPPT, Lies A. Wisojodharmo saat Forum Group Discussion Prospek Industri Ban Pesawat Terbang di Indonesia di Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Rabu (25/5/2016).

Sedangkan untuk membangun industri ban pesawat dibutuhkan waktu yang lebih lama lagi lantaran perlu kajian lebih lanjut mengenai struktur dan detail dari ban pesawat.

Penelitian yang dilakukan oleh BPPT ialah meneliti struktur ban pesawat. Proses ini terbilang cukup panjang. BPPT melalui Pusat Teknologi Material memulai penelitiannya sejak tahun 2013 lalu dengan membeli ban pesawat dari luar negeri.

Pada tahun 2014, BPPT mulai merumuskan struktur lapisan dari ban pesawat untuk mengetahui lapisan terluarnya.

"Awalnya kita memulai tahun 2013 melakukan reverse. Jadi kita beli ban baru dibelah terus kita lihat dalamnya. 2014 kita coba memformulasikan dulu. Jadi kita memutuskan untuk membuat formula retrade-nya dulu yang paling luar," jelas Lies.

Selama proses reverse, BPPT mengukur tekanan ban dan mencoba meniru standar ban pesawat tersebut.

"Waktu reverse kita mengukur tekanannya berapa jadi kita bikin formula retrade untuk mencapai standarnya," tutur Lies.

Di tahun ini, BPPT akan melakukan uji coba vulkanisir ban pesawat Garuda Indonesia di Bandung dengan standar yang sudah diketahui BPPT berdasarkan penelitiannya sejak 3 tahun lalu.

"Tahun ini kita udah dapat ban bekas dari Garuda, nanti mau kita retrade. Retrade-nya itu di Bandung," tutup Lies.










Credit  detikfinance