Pertamina akan mengelola bisnis hulu
migas di Rusia dan secara eksklusif akan mengambil porsi sebesar 15
persen dari total produksi dua blok migas tersebut. (ANTARA FOTO/Widodo S
Jusuf).
Dwi Soetjipto, Direktur Utama Pertamina mengatakan, untuk tahap awal, Pertamina akan diberikan jatah produksi dua blok migas di Rusia, dengan porsi masing-masing sebesar 15 persen dari total produksi. Namun demikian, ia tidak menyebut secara rinci ihwal volume produksi dari kedua blok tersebut.
"Ini kesempatan bagi Pertamina untuk berinvestasi di upstream di Rusia yang merupakan blok-blok milik Rosneft. Dalam kesepakatan memang sudah ditetapkan, selama delapan bulan, paling tidak ada dua blok yang kami eksklusif ambil 15 persen masing-masing," jelas Dwi di Jakarta, Jumat (26/5).
Sebagai informasi, di sepanjang tahun lalu, produksi hidrokarbon minyak Rosneft mencapai 5,16 juta barrel minyak per hari.
"Dan ini tentu saja akan sangat bagus untuk menyelesaikan permasalahan kekurangan produksi dari crude baik dalam negeri atau yang dipasok oleh Pertamina. Dan dari sisi upstream akan bangun kekuatan energi," terang Dwi.
"Sedangkan untuk sisa pasokan 55 persen, Pertamina masih memiliki kesempatan untuk memilih (pemasok) yang terbaik. Itu menjadikan kami memiliki pilihan lebih luas di dalam pemenuhan minyak mentah (crude)," tutur dia.
Didier Casimiro, Vice President Upstream Rosneft menambahkan, ketertarikannya berinvestasi di Indonesia datang setelah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengucap kebutuhan akan cadangan minyak dan gas bumi yang berkelanjutan. Kemampuan produksi Rosneft ini diyakini bisa mengamini keinginan pemerintah.
"Kini, kami ingin mengonfirmasi, kami siap untuk ikut serta dalam ketahanan energi Indonesia. Kami harap, ini akan jadi kerja sama yang sama-sama menguntungkan dan terjalin dalam jangka panjang," katanya.
Pertamina akhirnya memilih bermitra dengan Rosneft untuk pembangunan kilang Tuban, setelah melakukan kontes kecantikan terhadap lima peminat lain. Selain Rosneft, perusahaan yang berebut proyek ini adalah Kuwait Petroleum International, China Petroleum and Chemical Corporation Ltd (Sinopec), konsorsium PTT Global Chemical Plc dan Thai Oil Ltd, Indian Oil, termasuk Saudi Aramco.
Credit CNN Indonesia