Kamis, 26 Mei 2016

Kemenperin Gandeng BPPT Lahirkan Ban Pesawat Lokal


Kemenperin Gandeng BPPT Lahirkan Ban Pesawat Lokal  
Foto: Ardan Adhi Chandra
 
Jakarta -Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyepakati kerja sama pengembangan produksi hilirisasi karet dalam negeri. Kesepakatan kerja sama ini untuk menguatkan industri dalam negeri.

Penandatanganan nota kesepahaman antar dua lembaga diwakili oleh Deputi Teknologi Informasi Energi dan Material (TIEM) BPPT, Hammam Riza dan Dirjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka Kemenperin, Harjanto.

Dengan adanya kerja sama ini diharapkan penelitian terhadap karet dapat terus dikembangkan dan dapat diproduksi menjadi barang siap pakai seperti ban pesawat.

"Utamanya kita bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian karena kita mengharapkan hasil-hasil dari pusat teknologi material salah satu kegiatannya terkait karet. Kita sudah punya rentang riset dan engineering research development yang dilakukan oleh pusat untuk melakukan inovasi," jelas Hammam Riza setelah menandatangani nota kesepahaman di Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Rabu (25/5/2016).

Pengembangan bersama ini sejalan dengan tumbuhnya industri pesawat terbang di Indonesia, khususnya kebutuhan terhadap ban produksi lokal. Saat ini, kebutuhan ban pesawat dalam negeri masih diimpor.

"Pesawat terbang sesuatu yang ingin kita kembangkan ke depan. Proyek infrastruktur dalam negeri penggunaan pesawat makin intens. Impor sebagian besar termasuk retrading vulkanisir," kata Harjanto.

Pemerintah juga tengah berupaya memaksimalkan produksi karet sampai ke hilir. Produksi sampai ke hilir dalam waktu ke depan direncanakan untuk memproduksi ban pesawat di dalam negeri.

"Pemerintah lagi berupaya memaksimalkan komoditas karet karena harga komoditas tertekan. Membangun hilirisasi meskipun hilirisasi dimanfaatkan untuk campuran membuat jalan. Kita berusaha bikin ban pesawat," terang Harjono.

Indonesia saat ini tercatat sebagai produsen karet alam nomor 2 terbesar di dunia namun pengolahan material karet dinilai belum maksimal.

"Masuknya di MEA sebagai negara penghasil karet nomor 2 terbesar di dunia rasanya perlu mengembangkan produk karet," tutupnya.




Credit  detikfinance