Kamis, 17 September 2015

Beijing tegaskan hak reklamasi di Laut Cina Selatan




Pulau Karang Fiery Cross
 Cina membangun landasan terbang ketiga di Pulau Karang Fiery Cross, di Laut Cina Selatan.


Pemerintah Cina kembali menegaskan hak mereka untuk melakukan reklamasi di kawasan sengketa di Laut Cina Selatan.
Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi, mengatakan proyek pembangunan penting diteruskan, meski bulan lalu menyatakan bahwa Beijing sudah menghentikan reklamasi.
"Proyek-proyek penting ini kami kerjakan di pulau-pulau kami sendiri di Laut Cina Selatan. Kami tidak menjadikan satu pun negara lain sebagai sasaran," kata Wang Yi.
"Semuanya ditujukan untuk meningkatkan kualitas kehidupan tentara yang ditugaskan di sana dan juga sebagai perwujudan tanggung jawab sebagai negara terbesar di kawasan ini," tambahnya.
Foto-foto satelit yang diambil belum lama ini menunjukkan pekerja konstruksi membangun landasan terbang ketiga di Pulau Karang Fiery Cross Reef.
Dalam beberapa waktu terakhir pemerintah Cina membangun landasan terbang dan fasilitas komunikasi di beberapa pulau di Laut Cina Selatan yang diyakini nantinya akan dipakai oleh militer Cina.
Presiden Cina, Xi Jinping, akan melawat ke Amerika Serikat pekan depan dan klaim-klaim Cina di Laut Cina Selatan besar kemungkinan akan dibahas ketika bertemu dengan para pejabat tinggi di Washington.


Credit  BBC

Cina Bangun Landasan Ketiga di Laut Cina Selatan

LAUT CINA SELATAN — Seorang ahli dari Amerika Serikat pada Senin (14/9) mengatakan, Cina tampaknya sedang melakukan pekerjaan persiapan untuk membangun landasan ketiga di wilayah Laut Cina Selatan yang diperebutkan. Pernyataan ini berdasarkan foto satelit yang diambil pekan lalu.

Dari foto-foto yang diambil lembaga think-tank PCenter for Strategic and International Studies (CSIS) di Washington pada 8 September, tampak adanya rencana konstruksi di Mischief Reef yang merupakan salah satu dari tujuh pulau buatan Cina. Gambar menunjukkan adanya dinding penahan di area sepanjang 3.000 meter.

Menurut Direktur Asia Maritime Transparency Initiative (AMTI) CSIS, Greg Poling, langkah ini menunjukkan kesamaan dengan dua konstruksi serupa di Subi dan Fiery Cross, di Pulau Spartly. Poling mengatakan, pekerjaan seperti menunjukkan persiapan pembangunan landasan pacu.

Dari foto satelit yang diambil akhir Juni lalu menunjukkan, Cina hampir menyelesaikan landasan sejauh 3.000 meter di Fiery Cross. Poling menambahkan, dari foto satelit lainnya yang diambil pekan lalu menunjukkan adanya pekerjaan di Subi Reef. Di tempat tersebut jelas terlihat akan menjadi landasan 3.000 meter.

"Dan kami telah melihat beberapa pekerjaan lebih lanjut mengenai apa yang tampaknya seperti beberapa fasilitas pelabuhan untuk kapal," ujarnya.

Menurut Poling, landasan baru di Mischef Reef akan sangat mengkhawatirkan bagi Filipina yang selama ini juga menjadi pesaing Cina di Laut Cina Selatan. Ini juga menurutnya akan memungkinkan Cina melakukan patroli lebih luas di wilayah Reed Bank, yaitu tempat Filipina telah lama mengeksplorasi minyak dan gas.

Jika selesai dibangun, tiga landasan itu akan memungkinkan Cina mengancam semua lalu lintas udara di atas wilayah yang telah mereka reklamasi. Poling mengatakan, dikhawatirkan Cina juga akan memasang pertahanan udara canggih di landasan tersebut. Filipina belum berkomentar terkait hal ini.

Laman the Guardian menyebutkan, berita mengenai pembangunan konstruksi baru di Laut Cina Selatan datang menjelang kunjungan Presiden Cina Xi Jinping ke Washington. Kekhawatiran AS mengenai klaim teritorial Cina di wilayah yang disengketakan tersebut diharapkan akan masuk dalam agenda pembicaraan.

Juru bicara Departemen Pertahanan Amerika Serikat, Bill Urban, menolak berkomentar secara khusus mengenai penilaian Poling. Tetapi, ia kembali menyerukan Cina untuk berhenti melakukan reklamasi lahan, membangun konstruksi, dan memiliterisasi pos-pos di Laut Cina Selatan.

"Niat Cina meneruskan program dan konstruksi tak akan mengurangi ketegangan atau menghasilkan solusi diplomatik yang berarti," ungkap Urban.

Dalam kunjungannya ke Washington akhir bulan ini, Xi diperkirakan akan membahas sejumlah isu, terutama masalah keamanan siber. Selain dilansir the Telegraph, Duta Besar Cina untuk AS Cui Tiankai mengatakan pembicaraan termasuk masalah perdagangan kedua negara senilai 550 miliar dolar, peningkatan investasi, dan pertukaran people-to-people.

Credit  Republika.co.id