Jumat, 25 September 2015

Belanda Pernah Kaji Potensi Tsunami di Jakarta, Begini Antisipasinya


Belanda Pernah Kaji Potensi Tsunami di Jakarta, Begini Antisipasinya
Ahok di Rotterdam (Foto: Eddi Santosa/detikcom)


Jakarta - Upaya menanggulangi banjir di Jakarta tak hanya dilakukan pasca kemerdekaan, melainkan sejak zaman Hindia Belanda. Saat itu untuk mengatasi bah yang kerap melanda Jakarta, Belanda merencanakan pembangunan Kanal Banjir Barat dan Kanal Banjir Timur. 

Dua proyek yang direncanakan dan dikaji oleh Belanda itu kemudian dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia. Selain banjir ternyata pemerintah Hindia juga pernah mengkaji potensi tsunami di Jakarta. Potensi tsunami bisa terjadi jika Gunung Krakatau di Selat Sunda meletus.

Hal itu dikatakan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) usai melakukan lawatan ke Rotterdam, Belanda pada 20-23 September 2015 lalu.

"Dia (Belanda) tahu persis misalnya hujan, hujan seperti ini terus misalnya ada tsunami, yang paling menarik dia kasih lihat, kita selalu berpikir Jakarta nggak kena tsunami. Tapi kalau Krakatau meletus ada tsunami di bawah Jakarta sampai Monas, airnya dibuat modelnya," kata Ahok kepada wartawan di Balai Kota Jakarta, Jumat (25/9/2015).


Ahok saat berada di Rotterdam


Setelah mengkaji potensi tsunami yang kemungkinan bisa melanda Jakarta, pemerintah Belanda pun menyiapkan sejumlah langkah. Antara lain dengan membangun giant sea wall.

"Salah satu untuk menahan itu, ini persis kayak menghadapi laut utara harus membuat giant sea wall. Kita nggak tahu kapan air laut itu datang. Semua bisa dibuktikan secara teori," papar Ahok.


Rencana proyek giant sea wall


Ahok kemudian mencontohkan bahwa saat ini daratan Belanda makin maju ke laut. "Belanda makin lama makin maju ke laut. Dulu pelabuhan Port of Rotterdam itu di sungai, di muara yang dia uruk-uruk," kata dia.

Terinspirasi dari cara Belanda membangun Port of Rotterdam, Ahok pun berencana membuat Port of Jakarta. Pemprov akan menggandeng PT Pelindo II untuk mewujudkan proyek tersebut.

"Kami ingin bagaimana dengan Pak Lino (Dirut Pelindo II RJ Lino) digabung. Kalau di Rotterdam ada Port of Rotterdam, kenapa Jakarta nggak dinamain Port of Jakarta. Kan Pelindo sudah punya Pulau N, kami punya Pulau O, P, Q, Ancol punya Pulau M yang di sebelah kirinya Tanjung Priok," kata Ahok.


Credit  Detiknews