Pasukan gabungan TNI mengamankan para sandera
dalam Latihan Penanggulangan Anti Teror di Hotel Borobudur, Jakarta, 9
Juni 2015. Latihan tersebut melibatkan sejumlah alutsista pendukung
seperti pesawat dan helikopter. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
"Kalau begitu, saya bangga sebagai orang Indonesia meskipun standar alutsista kita belum mencukupi dan anggarannya terbatas," kata Tamliha di Kompleks Parlemen Senayan, Rabu, 16 September 2015.
Lembaga sigi militer Global Firepower merilis 20 negara pemilik angkatan militer terbaik. Dari 126 negara anggota Global Firepower, Amerika Serikat menduduki peringkat pertama disusul Rusia, dan Cina.
Jajaran negara berprestasi militer secara urut, yaitu Amerika Serikat, Rusia, Cina, India, Inggris, Prancis, Korea Selatan, Jerman, Jepang, Turki, Israel, Indonesia, Australia, Kanada, Taiwan, Italia, Pakistan, Mesir, Polandia, dan Thailand.
Tamliha menilai TNI diuntungkan dengan kondisi geografis, stabilitas keamanan, dan banyaknya jumlah pasukan yang tersebar di Tanah Air. Bahkan, tentara Angkatan Darat diminta membantu tugas di luar militer, seperti pendampingan di desa, dan penjagaan menjelang pemilu kepala daerah.
"Kelebihannya, stabilitas keamanan kita jauh di atas negara lain termasuk Australia," kata politikus Partai Persatuan Pembangunan itu.
Ironisnya, kata Tamliha, TNI belum mencapai standar Minimum Essential Force 2009-2014. Anggaran Kementerian Pertahanan 2015 hanya Rp 95 triliun, dengan alokasi untuk TNI sebesar Rp 79 triliun. Karena anggaran minim, TNI harus menunggak pembelian tiga buah kapal selam dari Korea Selatan dan pesawat Sukhoi. "Tunggakan itu mesti diselesaikan pemerintah."
Global Firepower menggunakan 50 kriteria penilaian seperti jumlah personil, alutsista di tiga matra, anggaran, infrastruktur, dan cadangan energi dalam menentukan peringkat militer suatu negara. Namun, tidak menghitung kepemilikan dan kemampuan nuklir negara.
Mereka justru mempertimbangkan kondisi geografis, politik dan ekonomi negara bersangkutan. Selain itu, kemampuan tempur pasukan darat dan laut turut diperhitungkan meski negara tersebut tak memiliki wilayah laut. Negara yang tak memiliki laut belum tentu dianggap lemah.
Credit TEMPO.CO