Jumat, 25 September 2015

Jet Tempur TNI Cegat dan Usir Dua Pesawat Marinir Amerika


Jet Tempur TNI Cegat dan Usir Dua Pesawat Marinir Amerika
USIR PESAWAT - Pesawat tempur TNI Sukhoi Thunder Flight (kiri) mencegat pesawat jenis Super King Air, tipe UC-12F, milik US Navy (marinir Amerika Serikat) di angkasa Kepulauan Natuna, Kepri, Rabu (23/9/2015) siang, pukul 14.32 WIB.


CB - Pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) menggunakan dua pesawat tempur Sukhoi berhasil mencegat, dan mengusir pesawat milik marinir, tentara Amerika Serikat Rabu (23/9/2015) siang.
“Pada pukul 14.32 WIB, dua Sukhoi Thunder Flight telly ho (contact visual) dengan sasaran. Ada dua pesawat, jenis Super King Air, tipe UC-12F, milik US Navy,” ujar seorang narasumber kepada TribunKaltim.co.
Narasumber itu menuturkan, tanda-tanda adanya pesawat asing terjadi pukul 13.36 WIB, saat radar milik Satuan Radar (Satrad) 212 Ranai menangkap georeferensi, prosedur awal yang harus dilakukan pada data-data mentah, EE3913 dua pesawat asing.

Pesawat F-16 Fighting Falcon TNI AU melesat dari Lanud Tarakan, Kalimantan Utara, Kamis (11/6/2015). Dua pesawat jenis F-16 dan dua pesawat Sukhoi melakukan patroli udara di kawasan Blok Ambalat, yang masih menjadi sengketa antara RI dan Malaysia. Patroli ini merupakan bagian dari Operasi Perisai Sakti 2015. (Warta Kota/alex suban)

Lokasinya sebelah timur Ranai, Ibu Kota Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Dua pesawat asing milik c/s Navy 562, speed 265, FL 260, SQ 0467/3 dan c/s CNV 7327, speed 245, FL 280, SQ 0413/3.
Setelah dicek, kedua pesawat tidak memiliki perizinan. Lalu, pukul 13.58 WIB dua pesawat TNI Sukhoi (Thunder Flight) terbang dari Batam menuju sasaran untuk mengidentifikasi visual.



Satuan Radar 212 Ranai, berkedudukan di Ranai, Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. (kohanudnas.mil.id)
Setelah kontak visual dengan sasaran, dan jenis kedua pesawat diketahui serta kepunyaan milik Marinir Amerika Serikat, selanjutnya dilaksanakan pengusiran keluar dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
TribunKaltim.co, belum memperoleh konfirmasi resmi terkait informasi ini.
Kejadian ini merupakan peristiwa kesekian kali militer negara asing masuk tanpa izin ke wilayah Indonesia.
TNI AU menaruh perhatian serius terhadap ulah militer negara tetangga, Malaysia di perbatasan dengan Kalimantan, Blok Ambalat.

(Hand-out) - Para anggota tentara Amerika Serikat (kanan) membantu memindahkan korban Kapal Motor Titian Muhibah yang karam di Selat Makassar, Selasa (8/6/2015).
Juni lalu, TNI AU mencatat sudah sembilan kali pesawat perang milik militer Malaysia diduga melanggar, masuk wilayah udara Indonesia tanpa izin.
TNI Kerahkan F-16 dan Sukhoi Awasi Militer Malaysia di Blok Ambalat
Di wilayah Natuna, yang berdekatan dengan Malaysia dan Singapura, militer Amerika sudah dua kali masuk tanpa izin.
Pada 23 Juni 2013, Satuan Radar 212 TNI-AU Ranai memantau sinyal mencurigakan.
Terindikasi ada enam kapal perang asing memasuki kawasan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Lokasi tepatnya di antara perairan Pulau Laut dan Pulau Subi Natuna, Kepri.

Keenam kapal perang itu milik AL Amerika Serikat. TNI-AU pun langsung berkoordinasi dengan TNI-AL Ranai.
TNI AU sempat menerbangakan pesawat Cassa untuk mengintai keenam kapal perang AS tersebut. Rupanya, kapal-kapal dilengkapi persenjataan dan berlayar beriringan di perairan Indonesia.

Iring-iringan kapal perang AS terdiri atas kapal induk USS Ronald Reagen, dua kapal destroyer, dua kapal frigate, satu tanker minyak. Kapal induk USS Ronald Reagan mengangkut puluhan pesawat tempur.
Danlanal Ranai Kolonel Laut (P) Deddy Suparli membenarkan adanya iring-iringan kapal perang AS yang melintas di wilayah perairan Indonesia itu.
''Jelas terlihat kapal tersebut berbendera AS dan memasuki perairan Indonesia tanpa tujuan yang jelas,'' kata Deddy seprti dikutip Tribun Batam.

Posisi Kepulauan Natuna berada, tepat di tengah-tengah, antara Malaysia Barat dan Malaysia Timur. Posisi ini bisa mengecoh, seolah-olah Natuna bagian dari Malaysia.
Padahal Natuna salah satu kabupaten Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Memang, jaraknya paling jauh dari Ibu Kota Provinsi Kepri, Tanjungpinang.

Sebagian wilayahnya, seperti Pulau Serasan, justru lebih dekat ke Pontianak, Kalimantan Barat. Apabila ditempuh menggunakan kapal laut, waktu tempuh sekitar 8 jam. Sedangkan ke Tanjung Pinang, memerlukan waktu 48 jam.

Dikutip dari kohanudnas.mil.id, Satuan Radar 212 Ranai, berkedudukan di Ranai, Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Natuna, Provinsi Kepri.
Satrad 212 Ranai mengoperasikan Radar Thomson tipe TRS 2215R (Reflector) buatan Pabrik Thomson CSF Prancis.
Radar generasi ketiga ini mampu menampilkan data azimuth, jarak dan ketinggian sasaran yang terdeteksi serta dapat bekerja dalam segala cuaca.
Satrad 212 Ranai mulai beroperasi pada tanggal 19 Agustus 1980 dengan Radar Nysa.
Wilayah cakupan Radar Satrad 212 sebagian besar berada di atas Laut China Selatan, meliputi wilayah Kepulauan Natuna bagian Utara sampai pulau terluar/terdepan yaitu pulau Laut, bagian Selatan Kepulauan Natuna, dan seluruh kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau.
Satuan Radar (Satrad) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) berada di bawah Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohahudnas).




Credit  TRIBUNKALTIM.CO