Jumat, 18 September 2015

Kontes Desain Mesin Jet Berhadiah Rp 29 Miliar, Tertarik?

Kontes Desain Mesin Jet Berhadiah Rp 29 Miliar, Tertarik?  

Kontes mesin jet yang berhadiah 29 miliar. livescience.com
 
 
CB, Washington DC - Angkatan Udara AS menawarkan hadiah US$ 2 juta (Rp 28,9 miliar) bagi siapa pun yang dapat merancang mesin baru dan lebih baik untuk mendukung pesawatnya. Kompetisi itu, dikenal sebagai Air Force Prize, terbuka untuk warga negara Amerika Serikat dan warga AS permanen berusia 18 tahun ke atas, serta perusahaan dan lembaga penelitian di Amerika Serikat.

Tujuan dari kontes ini adalah untuk mempercepat pengembangan mesin turbin ringan dan hemat bahan bakar, atau mesin jet untuk mendukung pesawat masa depan. “Ini adalah pertama kalinya Angkatan Udara atau lembaga militer AS menawarkan hadiah untuk membangkitkan inovasi teknologi di kalangan masyarakat umum," kata Letnan Kolonel Aaron Tucker, wakil kepala divisi mesin turbin di Air Force Research Laboratory (AFRL).

"Angkatan Udara benar-benar mencari cara-cara inovatif untuk mendapatkan sistem dan teknologi," kata Tucker kepada Live Science, Selasa, 15 September 2015.

Meskipun AFRL penuh dengan "orang yang benar-benar cerdas," Tucker mengatakan insinyur Angkatan Udara tidak memiliki pasar desain mesin turbin baru. “Meminta orang Amerika untuk menciptakan teknologi militer baru dengan imbalan uang sudah merupakan cara yang terbukti berhasil dalam melakukan proyek penelitian dan pengembangan – seperti pada the Defense Advanced Projects Research Agency (DARPA).”

Lembaga itu, cabang penelitian dari Departemen Pertahanan AS, menggelar "tantangan berhadiah" yang mengundang orang Amerika (dan anggota masyarakat internasional) untuk menemukan solusi baru untuk masalah militer yang kompleks, seperti bagaimana merancang robot berkaki dua yang dapat melakukan tugas-tugas yang berguna tanpa terjatuh atau bagaimana membuat drone kecil mendarat di dalam pesawat terbang.

Tapi tujuan Air Force Prize sedikit berbeda dari kebanyakan tantangan DARPA. Kontestan tidak benar-benar merancang sesuatu yang baru. “Mereka mendesain ulang sesuatu yang lama sehingga bisa digunakan untuk tujuan baru,” ujar Tucker.

"Mesin pemenang tidak akan dibeli oleh Angkatan Udara karena uang US$ 2 juta tidak cukup untuk membayar hak-hak kekayaan intelektual dari teknologi semacam ini," ujar Tucker.

Sebaliknya, Angkatan Udara akan mempromosikan pemenang kontes dengan mitra industri (perusahaan seperti Boeing dan Raytheon), dengan harapan mitra tersebut akan membeli desain mesin turbin baru itu, terus mengembangkannya, dan pada akhirnya mulai memasukkannya ke model pesawat militer masa depan.

Credit  TEMPO.CO