Jumat, 18 September 2015

Komponen Lokal Industri Pesawat Terbang Belum Sampai 40%

Komponen Lokal Industri Pesawat Terbang Belum Sampai 40% 
 
Jakarta (CB) -Sejak BJ Habibie berhasil menerbangkan pesawat N250 pada 20 tahun lalu, industri penerbangan di Indonesia masih bertahan. Pemerintah terus mendorong Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pesawat terbang terus makin tinggi.

Saat ini, TKDN industri pesawat terbang sudah dibuat di dalam negeri baru mendekati 40%. Rencananya TKDN bisa mencapai 40% akan terus ditingkatkan dalam 5 tahun mendatang bisa mencapai 60%.

"Saat ini masih di bawah (TKDN) itu yang sparepartnya. Kita akan mendorong terus kalau bisa sampai 60%. Dengan begitu, industri komponen di dalam negeri bisa kembali pulih. Dengan demikian, airline kita tidak harus ke luar negeri (untuk membeli pesawat)," kata Menteri Perindustrian Saleh Husin ditemui usai Pengukuhan Pengurus Indonesian Aircraft and Component Manufacture Assosiation (Inacom) di Ruang Garuda, Kementerian Perindustrian, Jumat (18/9/2015)

Pentingnya kemampuan memproduksi komponen lokal yaitu untuk melepaskan ketergantungan dari komponen impor. "Kalau kita bisa bikin komponen pesawat, itu menunjukkan kemandirian dirgantara. kalau kita bikin pesawat, komponennya dari luar itu berarti kita ketergantungan. Ketergantungan terjadi berarti kita sangat lemah dan itu berbahaya," jelas Hasbi Assidiq, Direktur Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian.

Pesawat yang sudah ada saat ini, TKDN-nya akan mencapai 40%. Saat ini PT DI di Bandung sedang mengembangkan N219 yang merupakan rancang bangun murni 100% orang Indonesia.

"Akan mengejar 40% dan diharapkan pada 2019 akan mencapai 60%. Kita mengejar TKDN ini," tambahnya.

Hasbi menjelaskan, industri dalam negeri sudah ada beberapa yang bisa membuat komponen dari interior hingga komponen mesin.

"Interiornya dan bahkan part—part engine (mesin) nya. Indonesia sudah ada beberapa industri engineering (permesinan) itu sudah bisa membuat part yang high precission yang diekspor untuk kebutuhan Boeing dan Airbus. Itu buatan PT STI Tangerang yang punya peralatan proses produksi cukup canggih dan bisa ekspor," jelasnya.

Keuntungannya bila TKDN terus naik maka bisa menjadi nilai tambah bagi industri pesawat buatan di dalam negeri.

"Pesawat itu harganya mahal karena komponennya mahal. Mahal juga karena engineeringnya mahal. Itu nilai tambah yang membuat harga mahal. Pesawat yang didesain langsung oleh insinyur Indonesia. Itu yang buat jadi mahal. Di situlah kelebihannya kalau kita menguasai teknologi tinggi, duitnya lebih banyak daripada teknologi rendah. Komponen menyumbang 80% dari seluruh biaya pembuatan pesawat," katanya.
Credit  Detiknews