UNIT (CB) pasukan khusus milik Angkatan Laut Amerika
Serikat (AS) SEAL Team 6 telah lama dikenal sebagai kelompok elit AS.
Peran mereka yang belakangan ini sering disebut lagi adalah saat
memimpin penyerbuan ke tempat persembunyian pemimpin Al Qaeda, Osama bin
Laden di Abbottabad, Pakistan.
SEAL Team 6 adalah bagian dari SEAL (Sea, Land, Air – Laut, Darat, Udara), pasukan khusus yang merupakan bagian dari Naval Special Warfare Command (Komando Perang Khusus Angkatan Laut).
Sebagaimana dilansir New York Times, unit ini memiliki 300 anggota dengan lebih 1.500 personel pembantu. SEAL Team 6 juga disebut sebagai sebuah pasukan yang mengaburkan batas antara pasukan tradisional dan mata-mata.
Pada 2006, Pemimpin Joint Special Operation Command (JSOC), yang membawahi Seal Team 6, Letnan Jenderal Stanley McChrystal menginginkan SEAL untuk mengambil peran lebih besar di Afghanistan untuk menghadapi Taliban. Mereka juga diterjunkan di Irak bersama dengan pasukan khusus lainnya, Delta Force untuk memimpin misi untuk menangkap dan membunuh lawan.
Kementerian Pertahanan AS, atau yang juga dikenal dengan nama Pentagon, tidak secara terbuka mengakui nama SEAL Team 6. Nama yang digunakan oleh unit ini adalah Naval Special Warfare Development Group (Kelompok Pengembangan Perang Khusus Angkatan Laut) sebagai persetujuan bagi misi-misi resmi untuk mengembangkan peralatan dan taktik perang untuk organisasi SEAL secara umum.
Aksi-aksi yang dilakukan oleh SEAL Team 6 tidak jarang merupakan misi rahasia. Pada 2009 sebuah serangan yang dipimpin oleh anggota Team 6 yang beranggotakan operatif dari Dinas Intelijen AS (CIA) dan pasukan militer Afghanistan berakhir dengan kematian para pemuda Afghanistan. Kejadian in menimbulkan ketegangan antara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dengan Pemerintah Afghanistan.
JSOC saat itu menyelidiki kejadian tersebut, namun tidak menyebutkan keterlibatan Team 6 kepada penyelidik dari Angkatan Laut AS. Dalam pernyataannya JSOC hanya mengatakan setiap kesalahan yang terjadi akan ditindaklanjuti dengan serius.
Meski tidak selalu berakhir dengan sukses, namun beberapa pihak mengakui perlunya unit operasi khusus seperti SEAL Team 6 untuk bergerak dengan penuh kerahasiaan.
“Jika Anda menginginkan pasukan seperti ini untuk sesekali melanggar hukum internasional, maka Anda tentu tidak ingin tindakan mereka diketahui publik,” kata mantan Komandan NATO James G. Stavridis, seperti dikutip dari Sputnik, Minggu (7/6/2015).
“Team 6 harus tetap beroperasi di bawah bayang-bayang,” tambahnya lagi.
Selama 14 tahun terakhir, anggota SEAL Team 6 yang tewas lebih banyak jika dibandingkan pada waktu-waktu lainnya sepanjang sejarah unit ini, yang dapat ditelusuri hingga waktu pembentukannya 1980 oleh Komandan Navy SEAL, Richard Marchinko. Hal ini diduga disebabkan oleh semakin luasnya cakupan misi yang mereka lakukan, terutama selama konflik di Afghanistan dan Irak.
Saat ini hampir semua anggota SEAL Team 6 dilengkapi dengan infra merah dan alat pendeteksi panas sebagai peralatan standar. Beberapa anggota bahkan dilengkapi dengan granat generasi terbaru yang sangat efektif untuk menghancurkan bangunan.
SEAL Team 6 adalah bagian dari SEAL (Sea, Land, Air – Laut, Darat, Udara), pasukan khusus yang merupakan bagian dari Naval Special Warfare Command (Komando Perang Khusus Angkatan Laut).
Sebagaimana dilansir New York Times, unit ini memiliki 300 anggota dengan lebih 1.500 personel pembantu. SEAL Team 6 juga disebut sebagai sebuah pasukan yang mengaburkan batas antara pasukan tradisional dan mata-mata.
Pada 2006, Pemimpin Joint Special Operation Command (JSOC), yang membawahi Seal Team 6, Letnan Jenderal Stanley McChrystal menginginkan SEAL untuk mengambil peran lebih besar di Afghanistan untuk menghadapi Taliban. Mereka juga diterjunkan di Irak bersama dengan pasukan khusus lainnya, Delta Force untuk memimpin misi untuk menangkap dan membunuh lawan.
Kementerian Pertahanan AS, atau yang juga dikenal dengan nama Pentagon, tidak secara terbuka mengakui nama SEAL Team 6. Nama yang digunakan oleh unit ini adalah Naval Special Warfare Development Group (Kelompok Pengembangan Perang Khusus Angkatan Laut) sebagai persetujuan bagi misi-misi resmi untuk mengembangkan peralatan dan taktik perang untuk organisasi SEAL secara umum.
Aksi-aksi yang dilakukan oleh SEAL Team 6 tidak jarang merupakan misi rahasia. Pada 2009 sebuah serangan yang dipimpin oleh anggota Team 6 yang beranggotakan operatif dari Dinas Intelijen AS (CIA) dan pasukan militer Afghanistan berakhir dengan kematian para pemuda Afghanistan. Kejadian in menimbulkan ketegangan antara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dengan Pemerintah Afghanistan.
JSOC saat itu menyelidiki kejadian tersebut, namun tidak menyebutkan keterlibatan Team 6 kepada penyelidik dari Angkatan Laut AS. Dalam pernyataannya JSOC hanya mengatakan setiap kesalahan yang terjadi akan ditindaklanjuti dengan serius.
Meski tidak selalu berakhir dengan sukses, namun beberapa pihak mengakui perlunya unit operasi khusus seperti SEAL Team 6 untuk bergerak dengan penuh kerahasiaan.
“Jika Anda menginginkan pasukan seperti ini untuk sesekali melanggar hukum internasional, maka Anda tentu tidak ingin tindakan mereka diketahui publik,” kata mantan Komandan NATO James G. Stavridis, seperti dikutip dari Sputnik, Minggu (7/6/2015).
“Team 6 harus tetap beroperasi di bawah bayang-bayang,” tambahnya lagi.
Selama 14 tahun terakhir, anggota SEAL Team 6 yang tewas lebih banyak jika dibandingkan pada waktu-waktu lainnya sepanjang sejarah unit ini, yang dapat ditelusuri hingga waktu pembentukannya 1980 oleh Komandan Navy SEAL, Richard Marchinko. Hal ini diduga disebabkan oleh semakin luasnya cakupan misi yang mereka lakukan, terutama selama konflik di Afghanistan dan Irak.
Saat ini hampir semua anggota SEAL Team 6 dilengkapi dengan infra merah dan alat pendeteksi panas sebagai peralatan standar. Beberapa anggota bahkan dilengkapi dengan granat generasi terbaru yang sangat efektif untuk menghancurkan bangunan.
Credit okezone