CUPUMA, Jakarta - Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengumumkan kucuran dana sebesar A$ 804 juta atau sejumlah Rp 8,3 triliun untuk membeli drone dan helikopter. Dana itu sekaligus untuk mendirikan stasiun bergerak di Antartika. Morrison menyebut Australia perlu melakukan penjagaan di wilayah tersebut.
Kebijakan Australia dilakukan tidak lama setelah adanya insiden sinar laser dengan China. Morrison mengatakan bahwa China tidak punya tujuan yang sama dengan Australia di Antartika.
“Kita perlu mengawasi Antartika karena ada orang lain yang memiliki tujuan berbeda dengan kita, dan kita perlu memastikan tidak hanya untuk kepentingan Australia, tetapi juga untuk kepentingan dunia, bahwa kita melindungi lingkungan luar biasa yang menjadi tanggung jawab kita,” kata Morrison dilansir dari Reuters pada Selasa, 22 Februari 2022.
Sejumlah uang yang diinvestasikan Australia terdiri dari paket, yang mencakup penggunaan armada drone dan kendaraan otonom untuk membawa penelitian ke tingkat berikutnya di Antartika, demikian laporan News.
Dengan waktu 10 tahun, dana itu akan mendukung juga para ilmuwan untuk menjelajahi daerah-daerah yang belum pernah dikunjungi sebelumnya dan juga memastikan Australia tetap aktif di wilayah yang menjadi klaim historisnya.
P-8A Poseidon - sebuah pesawat patroli maritim, mendeteksi laser yang berasal dari kapal Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLAN) Kamis lalu, dan Australia merilis foto-foto dua kapal China yang berlayar di dekat pantai utaranya.
Soal insiden laser yang terjadi, Beijing sebelumnya menyebut kapal-kapal China memiliki hak hukum untuk berada di perairan internasional, yang tidak disengketakan oleh Australia. Sementara itu, PM Morrison meminta Beijing mengklarifikasi ulang pernyataanya.
“Itulah yang terjadi, Mereka perlu menjelaskannya, tidak hanya ke Australia, tetapi ini perlu dijelaskan ke seluruh wilayah kami tentang apa yang akan mereka lakukan dengan tindakan sembrono yang bagi angkatan laut profesional," kata Morrison.