Senin, 01 Juni 2015

Ini yang Diajarkan Kopassus Hingga Brunei pun Lebih Hebat dari Malaysia dan Singapura


Sertu Pardal. Foto: Ilham Dwi/Jawa Pos
Sertu Pardal. Foto: Ilham Dwi/Jawa Pos
KOMANDO Pasukan Khusus alias Kopassus adalah salah satu pasukan elit asal Indonesia yang paling disegani di kawasan Asia, bahkan dunia. Tak jarang beberapa negara lain ingin menimba ilmu bersama korps baret merah ini. Brunei Darussalam misalnya. Negeri kaya minyak itu pun meminta TNI   AD mengirimkan anggota Kopassus untuk melatih para pasukannya. 
TNI memenuhi permintaan negara sahabat itu dan Kopassus pun menugaskan Sertu Pardal. Pardal merupakan seorang di antara sekian banyak anggota Kopassus yang punya kemampuan istimewa. Dia dikenal jago menembak dan memiliki keahlian sebagai penembak jitu.
Kehadiran Pardal di negara kaya ladang minyak dan gas tersebut adalah untuk melatih Tim Rifle dalam menembak. Mulai Februari hingga November 2013, dia menggembleng tim yang akan diterjunkan dalam ASEAN Armies Rifle Meet (AARM) tersebut. 
Tim Rifle Brunei tersebut beranggotakan LKpl Mohd Nor, LKpl Mohd Izwandi, LKpl Saiful, LKpl Azian, Kpl Mas Azi, SJN Romeo Eddy, Sld Modh Amizan, Sld Mushab, Sld Mustapa, Kpl Tony, dan Sld Safwan. 
’’Saya dikirim agar Tim Rifle bisa naik derajat di AARM, sebuah lomba menembak prestisius yang diikuti sepuluh negara ASEAN,’’ kata Pardal.
Pada awal pertemuan, Pardal melihat tembakan mereka tidak tepat pada target. Ternyata, penyebabnya adalah posisi menembak sejumlah anggota Tim Rifle tidak kukuh. ’’Kebanyakan mereka menembak dengan posisi jongkok dan menempatkan magazin di paha. Posisi itu kurang kukuh. Seharusnya magazin itu tepat di ujung paha. Jadi, bisa menahan getaran,’’ jelasnya
Akhirnya, Pardal menetapkan jadwal latihan yang harus ditempuh dalam sehari. Pagi, awal latihan dimulai dengan lari 3 kilometer. Namun, bukan lari biasa. Mereka diajak lari sprint yang tiap 100 meter harus diganti dengan merayap tiarap. Lebih gila, saat tiarap itu, semua harus menahan napas.
Setelah menyelesaikan lari 3 kilometer, agak siang, barulah tim militer Brunei itu berlatih menembak seperti biasa di lapangan. Tentu dengan perbaikan berbagai posisi, mulai jongkok hingga berdiri. ’’Awal-awal, saya yang juga ikut menembak selalu menang,’’ tuturnya.
 
Menu latihan ekstrem akhirnya ditambah. Pardal mengajak Tim Rifle berlatih di kolam renang. Bukan berenang biasa, tetapi menyelam di kedalaman 2,5–3,5 meter selama mungkin. ’’Ini untuk melatih pernapasan,’’ tuturnya.
Ternyata anggota Tim Rifle kesulitan melakukan itu. Mereka menyelam bersama tanpa mengeluh. Tetapi, sesaat kemudian, satu per satu mereka menyembul ke permukaan. Setelah 1 menit, Pardal tinggal sendirian di dasar kolam. Barulah 30 detik kemudian, dia naik ke permukaan. ’’Mereka ternyata hanya mampu kurang dari satu menit,’’ katanya.
Lagi-lagi, banyak hal yang harus diperbaiki. Bukannya mengendurkan tensi latihan, Pardal malah terus menaikkannya. Kali ini, tim harus masuk ke kolam ’’neraka’’ untuk lari sprint di dalam air. Pardal memperagakan lebih dahulu lari sprint di dalam air itu. Dia memang bisa berlari di dalam air.
Setelah sepuluh bulan, stamina Tim Rifle mulai naik drastis. Terutama teknik pernapasan yang begitu penting untuk menembak. Pardal menuturkan, pernapasan sangat penting agar penembak tidak goyang saat membidik dan menembak. ’’Semua menu latihan itu dilakukan selama sepuluh bulan,’’ jelasnya.
Akhirnya, tiba giliran untuk menguji hasil latihan tersebut dalam kompetisi internasional AARM 2013 di Myanmar. Sebelum 2013, Brunei selalu berada di papan dasar klasemen tembak di AARM. ’’Sebelumnya selalu di nomor delapan di antara sepuluh negara yang ikut menembak,’’ ujarnya.
Tetapi, kali ini berbeda. Kesiapan setelah berlatih bersama anggota Kopassus membuat tim Brunei sangat percaya diri. Setelah total dalam mengikuti lomba prestisius tersebut, tidak disangka, Tim Rifle Brunei mampu menempati posisi keempat setelah Indonesia, Filipina, dan Thailand. ’’Kali ini, mereka melampaui Malaysia dan Singapura yang biasanya di atas Brunei,’’ tuturnya.
Padahal, target mereka hanya lima besar AARM. ’’Tugas saya melatih menembak dan mendapatkan prestasi bagi Tim Rifle telah selesai,’’ ujar Pardal.



 Credit  JPNN