Senin, 22 Agustus 2016

Maduro akan balas upaya kudeta lebih keras dibanding Turki


 
Maduro akan balas upaya kudeta lebih keras dibanding Turki
Presiden Venezuela Nicolas Maduro berlatar belakang lukisan Simon Bolivar di Istana Miraflores di Karakas. (REUTERS/Carlos Garcia Rawlins)
Kalian lihat apa yang terjadi di Turki?"
Caracas (CB) - Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan bahwa aksi pembersihan besar-besaran oleh Presiden Turki Tayyip Erdogan akan nampak seperti permainan anak jika dibandingkan dengan tindakan Caracas terhadap oposisi yang mencoba mengudetanya.

"Kalian lihat apa yang terjadi di Turki? Erdogan akan nampak seperti tengah menyusui bayi, dibandingkan dengan apa yang akan kita lakukan sebagai pendukung revolusi Bolivaria, jika kelompok kanan melangkahi batas dengan mencoba kudeta," kata Maduro dalam pidatonya, yang dikutip Reuters.

Usai upaya kudeta militer yang berakhir dengan kegagalan pada pertengahan Juli 2016, Pemerintahan Erdogan menangkap, memecat, dan menyelidiki lebih dari 60.000 orang yang bekerja di berbagai institusi negara, mulai dari angkatan bersenjata, kehakiman, pegawai negeri, dan juga guru.

Pada 2002 mantan Presiden Hugo Chavez (kini almarhum), mentor dan pendahulu Maduro juga sempat lolos dari upaya kudeta oleh kelompok oposisi.

Sejak saat itu, kubu pemerintah yang menamakan diri kelompok revolusioner Bolivaria, yang diambil dari nama tokoh pembebas Amerika Latin Simon Bolivar, selalu menuding oposisi sebagai pihak yang berniat mengambil alih kekuasaan dengan cara paksa.

Namun, Pemerintahan Maduro kini berada di titik terendah akibat anjloknya harga minyak dunia dan kesalahan menerapkan kebijakan ekonomi. Semua faktor itu membuat Venezuela, yang sempat menjadi salah satu negara termakmur di Amerika Latin karena ekspor minyaknya, jatuh ke dalam resesi.

Akibatnya, para penduduk harus bertahan di tengah kelangkaan bahan pangan dasar dan juga obat-obatan.

Kubu oposisi berencana untuk menggelar demonstrasi besar pada 1 September 2016 di ibu kota negara Venezuela, Karacas.

Mereka akan kembali menuntut referendum yang bertujuan mempersingkat masa kekuasaan Maduro yang seharusnya berakhir pada 2019.





Credit  ANTARA News