Rabu, 31 Agustus 2016

Pelindung Paus Pamerkan 'Senjata Baru' untuk Hadapi Jepang

 
Pelindung Paus Pamerkan 'Senjata Baru' untuk Hadapi Jepang Kelompok aktivis Sea Shepherd memamerkan Ocean Warrior, senjata baru mereka untuk menandingi kekuatan dan kecepatan kapal penangkap ikan Jepang. (Dok. Sea Shepherd)
 
Jakarta, CB -- Kelompok aktivis pelindung Paus Sea Shepherd memamerkan "senjata baru" mereka untuk menandingi kekuatan dan kecepatan kapal penangkap ikan Jepang.

Diberitakan CNN, Rabu (31/8), kapal bernama Ocean Warrior atau Ksatria Samudera ini akan diturunkan dalam kampanye perlawanan terhadap perburuan Paus Sea Shepherd ke-11.

"Untuk pertama kalinya kami memiliki kecepatan untuk menangkap dan menandingi kapal harpun Jepang, karena kecepatan merupakan faktor penentu dalam menyelamatkan nyawa paus di Samudera Selatan (Antartika)," kata Alex Cornelissen, direktur utama Sea Shepher Global, dalam pernyataannya.

Kepada CNN, Sea Shepherd mengatakan Ocean Warrior memiliki panjang hingga 54 meter, berat 439 ton dan bisa melaju dengan kecepatan hingga 25 knots. Kapal penangkap Paus Jepang diperkirakan berkecepatan 22 knot, sementara kapal Sea Shepherd sebelumnya hanya 15 knot.

Geladak Ocean Warrior juga mampu menampung perahu kecil dan dilengkapi landasan helikopter.

Kapal itu dibangun di Turki oleh pembuat kapal Belanda, Damen, dengan harga 8,3 juta euro atau lebih dari Rp122 miliar. Dana pembangunan kapal berasal dari donatur asal Belanda, Inggris dan Swedia.

Ocean Warrior akan dikirim ke Australia pada akhir 2016 untuk persiapan mengadang kapal penangkap paus Jepang di Antartika.

Sea Shepherd telah 11 kali melakukan pengadangan penangkapan Paus oleh Jepang. Pemerintah Jepang mengatakan bahwa penangkapan itu dilakukan untuk keperluan ilmu pengetahuan, namun nyatanya mamalia tersebut diperdagangkan dan kebanyakan berakhir di meja makan.

Daging paus telah menjadi salah satu menu favorit di Jepang yang telah dimakan sejak berabad lampau. Praktik konsumsi paus tetap berlanjut di Jepang kendati menuai kecaman internasional, seiring jumlah mamalia ini yang kian menyusut.

Mahkamah Internasional sempat mengeluarkan larangan bagi Jepang untuk berburu paus pada 2014-2015. Namun pada akhir 2015 perburuan berlanjut.

Tahun 2016, kapal pemburu paus Jepang membunuh 333 paus minke. Kementerian Perkianan Jepang kembali berdalih penangkapan ini dilakukan untuk mempelajari populasi paus minke di Antartika.

Jepang bukan satu-satunya negara yang berburu paus. Islandia dan Norwegia juga berburu raksasa laut ini untuk tujuan komersial. Tahun 2014, Norwegia menangkap 746 paus minke dan Islandia 137 paus sirip dan 24 paus minke.

Berbeda dengan Islandia dan Norwegia yang berburu paus di perairan Eropa, Jepang adalah satu-satunya negara yang berburu paus di perairan internasional Antartika, yang dinyatakan sebagai daerah perlindungan paus pada 1994.



Credit  CNN Indonesia