Selasa, 30 Agustus 2016

Australia Rilis Panduan Melawan Propaganda Militan

 
Australia Rilis Panduan Melawan Propaganda Militan  
Ilustrasi kelompok militan ISIS. (CNN Indonesia/Laudy Gracivia)
 
Jakarta, CB -- Pemerintah Australia merilis panduan untuk memerangi propaganda Islam radikal di Asia Tenggara pada awal pekan ini. Panduan yang disebut sebagai yang pertama di dunia ini diharapkan akan membantu memberantas upaya perekrutan lokal oleh berbagai kelompok militan, termasuk ISIS.

Australia berada dalam kondisi keamanan tinggi sejak serangan teror terjadi pada 2014, dilakukan oleh militan yang bekerja sendiri, lone-wolf, dan terdikalisasi di dalam negeri. Sejak itu, pihak berwenang mengklaim telah berhasil menggagalkan berbagai rencana teror di Negeri Kangguru itu.

Panduan yang terangkum dalam dokumen setebal 43 halaman berjudul "Melemahkan narasi kekerasan ekstremis di Asia Tenggara" itu dapat diakses secara daring.

Menteri Kehakiman Australia Michael Keenan memaparkan tujuan dari panduan ini adalah untuk meredam jalan yang berliku menuju radikalisasi.

"Proses radikalisasi kekerasan adalah masalah yang sangat kompleks. Propaganda teroris mempengaruhi keadaan masing-masing pikiran dan emosi individu. Tidak ada satu jalur mudah untuk radikalisasi," kata Keenan dalam konferensi di Canberra, dikutip dari Reuters, Selasa (29/8).

"Panduan ini praktis dan memberikan wawasan bagi pemerintah, pembuat kebijakan dan organisasi masyarakat sipil di Australia dan Asia Tenggara untuk mendukung pengembangan upaya kontra-narasi yang melemahkan daya tarik propaganda teroris," tuturnya.

Panduan ini erisi sejumlah strategi yang telah terbukti berhasil dalam deradikalisasi, contohnya seperti sistem "lindungi sang pemberi info" dan "mempertimbangkan bagaimana tindakan militer dan kontra terorisme berdampak strategis kepada narasi propaganda."

Panduan ini dilengkapi dengan sejumlah studi kasus dan contoh, seperti kasus kartun Burqa Avenger di Pakistan, di mana pahlawan Muslim remaja menggempur para ekstremis dengan buku.

Menteri Imigrasi Australia tahun ini menyatakan terdapat sekitar 100 warga Australia dilaporkan telah berangkat ke Suriah untuk berjuang bersama berbagai kelompok militan, termasuk ISIS.

Awal tahun ini, polisi Australia menangkap lima orang yang diduga akan berlayar menggunakan perahu kecil dari wilayah utara ke Indonesia dan Filipina, dalam upaya bergabung dengan ISIS di Suriah.

Sejumlah pria itu akhirnya ditahan setelah menjalankan perahu hingga 3.000 km dari Melbourne ke Cairns di negara bagian Queensland.

Ada sejumlah serangan "lone wolf" di Australia, termasuk serangan penyanderaan di sebuah kafe di Sidney pada 2014 lalu. Pada tahun yang sama, polisi menembak mati seorang remaja di Melbourne, setelah ia menikam dua petugas kontraterorisme.

Pada 2015, seorang remaja berusia 15 tahun menembaki seorang akuntan di sebuah markas polisi di pinggiran kota Sydney dan tewas dalam baku tembak dengan polisi.



Credit  CNN Indonesia