Pengunjung
melihat prototipe kendaraan listrik yang ditampilkan di kawasan ITB
pada acara ITB CEO Summit on Innovation, di Bandung, Jawa Barat, 22
Agustus 2016. Sejumlah protipe mobil listrik diciptakan mahasiswa ITB
seperti mobil perkotaan listrik, angkutan perkotaan listrik, kendaraan
konversi angkutan pedesaan dan trike untuk mengurangi kebutuhan BBM dan
pencemaran lingkungan di dalam negeri. TEMPO/Prima Mulia
CB, Bandung
- Institut Teknologi Bandung terus menambah jumlah purwarupa kendaraan
listrik. Setelah mobil jenis minibus, angkutan barang, konversi, mobil
pribadi, kini untuk angkutan kota (angkot) dan sepeda motor roda tiga
(trike).
Adapun beberapa jenis lainnya nanti disiapkan untuk mobil penyapu jalan. Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) setiap tahun masih rutin memberi dana bantuan Rp 20 miliar bagi kampus yang terlibat riset dan pengembangan mobil listrik.
Ketua Tim Desain Produk Otomotif Mobil Listrik ITB, Yannes Martinus Pasaribu, mengatakan mobil listrik untuk angkot dan trike merupakan produk lanjutan riset tim mobil listrik ITB. Skenario memilih mobil angkot sebagai fokus riset berdasarkan pemikiran strategi sistem transportasi publik Smart City ke depannya.
“Saling terintegrasi antara angkot sebagai feeder untuk bus listrik, Light Rail Transit (LRT), hingga kereta cepat,” ujarnya kepada Tempo, Rabu, 24 Agustus 2016
Pengembangan angkutan umum bertenaga listrik itu merupakan rincian dan skenario besar kota pintar. Pada konsep tersebut, kata Martinus, sarana angkutan publik merupakan layanan pemerintah daerah bagi warganya, tidak lagi dilepas ke swasta seperti yang terjadi sekarang.
Mobil angkot yang dibuat tersebut masih dalam bentuk tahapan Technology Readiness Level (TRL) 6, atau dua tahapan lagi untuk siap diproduksi secara massal dalam skala keekonomian yang optimum. “Daya baterai kendaraan angkot disiapkan untuk sekali perjalanan pulang pergi sekitar 80 kilometer,” ujar Martinus.
Teknologi pengisian baterai kendaraan listrik sekarang sudah mencapai 30 menit untuk pengisian cepat, dan 4 jam untuk pengisian lambat. Pada rencana pengembangan selanjutnya, tim ITB lebih berfokus pada sistem lepas pasang baterai dalam waktu tidak lebih dari 30 menit.
Martinus menjelaskan, produksi kendaraan listrik itu nantinya akan dilakukan oleh industri-industri manufaktur dalam negeri yang sudah terlibat sejak awal. “Teknologi kendaraannya sederhana, secara prinsip hanya terdiri dari tiga komponen yakni motor listrik atau dinamo, controller, dan baterai."
Bila dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar minyak yang minimal memerlukan 800 komponen, pengembangan kendaraan listrik dinilai sebagai langkah strategis. Langkah strategis ini yang diharapkan bakal sangat efisien untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dalam dunia otomotif global.
Saat ini, kata Martinus, ITB sudah bekerja sama dalam penelitian dan pengembangan kendaraan listrik dengan Pindad untuk pengembangan hilir motor listrik dan LEN untuk controller. Adapun untuk badan kendaraan bekerja sama dengan Telehouse Engineering, dan pengembangan teknologi baterai akan bekerjasama dengan AVASS International.
Credit TEMPO.CO