Jumat, 26 Agustus 2016

Greg Dwidjaya, Manajer Asal Indonesia di Pabrik Boeing AS

 
 
via VOA INDONESIA Greg Dwidjaya
 
EVERETT, CB  — Hampir semua orang pernah mendengar nama pabrik pembuat pesawat asal Amerika Serikat, Boeing.
Boeing yang merupakan salah satu perusahaan dirgantara terbesar di dunia berpusat di Everett, negara bagian Washington, dengan 160.000 karyawan.
Para karyawan ini tersebar di berbagai fasilitas Boeing di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. Namun, 70.000 di antaranya berdomisili di negara bagian Washington.
"Ini adalah perusahaan besar dan bertaraf dunia, kami menghubungkan orang dari seluruh penjuru dunia," ujar John Schubert, Managing Director Marketing Asia Pacific & India di Boeing Commercial Airplanes.
Maka dari itu, tak heran bila keberagaman bangsa juga menjadi salah satu nilai yang dihargai di perusahaan ini.
Boeing selama memproduksi pesawat komersial, pertahanan, ruang angkasa, hingga sistem keamanan.
Ada nama Greg Dwidjaya, salah satu karyawan di Boeing. Dia adalah salah satu dari 30 orang Indonesia yang bekerja di perusahaan tersebut.
"Saya kerja di bagian flight test, sebagai project manager di Boeing Test and Evaluation," ujar dia.

Greg yang sejak kecil memang sudah menyukai pesawat sebelumnya bekerja untuk IPTN. Dia pindah ke Boeing dan bekerja di bagian pemasaran dengan membuat riset dan menganalisis pasar untuk pesawat 737 dan 767.
Greg kemudian pindah ke bagian engineering dan sejak 2009 dia berperan sebagai manajer proyek Boeing Test and Evaluation.
"Tahun 2000 saya pindah ke Boeing, kebetulan saya dapat kesempatan untuk bekerja di sini dan memberikan ilmu-ilmu saya untuk Boeing ini," kata dia.
"Tugas saya di bagian flight test, di mana tugas saya adalah untuk menyiapkan dan memastikan kita telah sesuai dengan prosedur yang ada supaya tidak melanggar export policy dari Amerika," ungkap dia lagi.
Greg merasa beruntung dapat berkarier di Boeing. Menurut dia, kesempatan berkarier di luar negeri tidak mudah didapatkan semua orang.

"Pertama, kita harus siap, kita harus punya skill, lalu kedua komunikasi, communication skill, terutama bahasa Inggris," paparnya.
"Karena sampai sekarang bahasa Inggris adalah bahasa yang dipakai di banyak negara di dunia," tutur Greg lagi.
"Lalu yang ketiga, ya jangan takut. Kita jangan takut salah, jangan takut gagal, jangan takut berkarya," terangnya.
Walaupun lama berkarier di Amerika Serikat, Greg yang juga Ketua Asosiasi "Sister City" Seattle dan Surabaya serta Ketua Indonesia Diaspora Network di Greater Seattle ini mengaku tetap mencintai Indonesia sebagai tanah airnya.

"Setiap tahun kita ada acara Festival Indonesia. Lalu kita juga ada satu hari yang memakai batik di mana kita sesuaikan dengan hari batik nasional, jadi kita sama-sama mempromosikan Indonesia," sebutnya.
"Cuma di luar negeri gitu, dan kebetulan diaspora ini kita mendapatkan kesempatan hidup dan kerja di luar negeri, tapi tetap kita juga cinta Indonesia," sambung Greg.
"Kami juga tetap berusaha untuk memberi nama baik Indonesia di kancah internasional," ujar Greg menutup wawancara dengan VOA Indonesia. 


Credit  KOMPAS.com