Rabu, 31 Agustus 2016

Mengapa Media Yahudi Ini Protes Larangan Burkini

indonesiana-Jewish_Girls_of_the_Caucasus,_1913.jpg

Diskriminatif. Begitu nada dalam sebuah tulisan singkat yang disusun Thea Glassman dalam laman Forward.com tanggal 24 Agustus 2016. Artikelnya yang diberi judul “Seriously, What Orthodox Women Wear to the Beach Is No Different From a Burkini” itu mengupas sekilas mengenai kecaman pada seorang pemuka agama Yahudi di Prancis yang mendukung larangan pemakaian burkini (burqa berbentuk pakaian renang yang tertutup) oleh para perempuan muslim di pantai-pantai umum.  
 
Glassman mengkritik Moshe Sebbag, seorang rabi (pemuka agama Yahudi) dari Grand Synagogue di Paris, yang mengumumkan secara tegas dukungannya pekan ini pada pelarangan burkini bagi wanita yang sedang berenang di pantai-pantai Prancis. Menurut Sebbag, memakai burkini bukan tindakan “tidak bersalah”. 
 
“Namun, kita tanya Sebbag, apa sebenarnya perbedaan antara ‘garb’ yang dipakai para perempuan Yahudi Orthodoks di pantai dengan burkini yang dipakai wanita muslim?” Pakaian pantai bernama ‘garb’ yang dimaksud Glassman itu memang tidak setertutup burkini. Bagian kepala dan rambut pemakainya ada yang masih terbuka tapi ada juga yang tertutup. Sedikit perbedaan yang saya lihat ialah garb masih memungkinkan setengah betis dan tangan terbuka. Sementara itu, burkini menutup sampai ke pergelangan tangan dan mata kaki. Leher juga dibiarkan terbuka bagi pemakai garb. Burkini tidak.
 
Namun, intinya adalah mengapa pakaian yang sama-sama dikenakan dengan alasan keyakinan itu bisa mendapatkan perlakuan berbeda? Glassman melancarkan pertanyaan:”Dan mengapa satu kelompok perempuan diperbolehkan menaati ajaran agamanya sementara kelompok lainnya tidak?" 
 
Agaknya ketidakadilan ini tidak hanya membuat gerah para wanita muslim yang tinggal di Prancis tapi juga mereka yang masih mau berpikir waras, tak peduli apakah itu Yahudi, Nasrani atau Muslim. (Sumber foto: Wikimedia)




Credit  Tempo.co