Jumat, 26 Agustus 2016

Makkah Tanah Suci, Penduduknya Tidak!


Republika/M Subarkah/ca
Dua orang jamaah haji asal Indonesia tertidur lelap di pelataran Masjidil Haram, Makkah.

"Pahamilah dengan baik: Makkah itu memang tanah suci, tapi warga atau penduduknya tidak. Maka diharap waspada!" Nasihat KH Hasyim Muzadi di sebuah sore beberapa hari terakhir menjelang pelaksanaan ibadah puncak haji, yakni wukuf di Arafah, mabit di Muzdalihaf, dan melempar jumrah di Mina terngiang kembali. Nasihat mantan ketua umum PBNU beberapa tahun silam saat menjabat sebagai amirul haj dituturkan pada sebuah perbincangan ringan di kantor Daker Makkah yang berada di wilayah Sisyah, Makkah.

"Jadi jamaah haji jangan terkecoh penampilan. Jangan pula menganggap orang yang berada di Makkah itu baik semua. Hati-hati,’’ ujar Abah Hasyim, panggilan akrab KH Hasyim Muzadi.

Kala itu para petugas haji memang mendapat laporan mengenai banyaknya peristiwa penipuan yang menimpa para calon haji. Abah Hasyim pun oleh para wartawan diminta komentarnya mengenai munculnya aksi kejahatan tersebut, terutama terkait sebuah peristiwa sepasang suami-istri asal Nusa Tenggara Barat yang melaporkan kehilangan uang dalam jumlah yang lumayan (sekitar Rp 30 juta) ketika berada di pelataran Masjidil Haram.

Kisahnya begini. Pada sebuah siang menjelang waktu Zhuhur sepasang suami-istri calon haji asal Sumbawa itu sampai di pelataran Masjidil Haram. Keduanya berniat ingin melakukan shalat jamaah di dekat Ka’bah. Namun, karena tempat shalat laki-laki dan perempuan terpisah, keduanya pun mencari tempat shalat yang berbeda. Sekilas keduanya ragu ketika akan berpisah karena sama-sama takut tersesat jalan, terutama ketika harus pulang ke pemondokan.
Nah, di tengah keraguan tersebut, tiba-tiba ada seorang lelaki asal Indonesia menyapanya. Mereka makin terkejut karena lelaki itu menyapanya dengan bahasa daerah asalnya: Sumbawa. Akhirnya, terjadi perbincangan yang hangat sepasang suami-istri ini kemudian terlibat dalam perbincangan yang hangat dengan memakai bahasa mereka.
Perbincangan semakin akrab karena kemudian lelaki menyebut asal-usulnya yang juga dari Pulau Sumbawa Dan sepasang suami-istri pun "terpesona" kepada lelaki yang baru dikenalnya itu. Tanpa sungkan, sang suami kemudian mengeluhkan perasaannya karena takut istrinya tersesat di Makkah. Katanya: "Kalau sampai terpisah, istri saya tak bisa pulang ke pondokan.”

Mendengar keluhan itu, lelaki Sumbawa itu pun tersenyum. Sesaat kemudian ia menjawab sembari berkata: ”Sudahlah, Pak, jangan khawatir. Saya tungguin Bapak di sini. Silakan saja Ibu masuk ke dalam masjid dulu. Nanti selepas shalat cari saya di sini,’’ sahut lelaki itu. Maka sang istri pun masuk ke dalam masjid terlebih dahulu meninggalkan suami dan lelaki asal Sumbawa itu di pelataran.



Puluhan ribu jamaah haji dari berbagai negara memadati Pelataran Masjidil Haram di Makkah, Arab Saudi, Jumat (18/9). Menjelang wukuf, kondisi masjid terbesar di dunia ini semakin dipadati jamaah haji yang ingin beribadah di sana.

Setelah sang istri pergi masuk ke dalam masjid bersama jamaah perempuan lainnya, perbincangan ringan dilanjutkan. Bahkan, keduanya kemudian mencari tempat yang teduh, yang berada di pinggir pelataran halaman Masjidil Haram. Dengan menggunakan bahasa daerahnya, mereka pun berbincang ringan dengan topik apa saja, misalnya soal pekerjaan dia selama di Arab Saudi, penghasilannya, hingga soal berapa lama sudah tinggal di Makkah.
Tanpa mereka rasa azan Zhuhur berkumandang. Jamaah lain pun sudah menyesaki masjid. Sang suami pun sadar harus masuk ke dalam masjid untuk segera mengikuti jamaah shalat Zhuhur.

"Pak, apakah sudah memperbarui wudhu? Jangan-jangan Bapak tanpa sadar sudah batal wudhu,’’ kata lelaki itu memperingatkan sang suami. Dan suami tersebut pun tersadar bahwa dia seharusnya memperbarui wudhu karena mungkin saja sudah berhadas.

"Sudahlah, Pak, wudhu di sana itu. Turun ke bawah seperti jamaah yang lain," kata lelaki itu seraya menunjukkan lokasi tempat wudhu yang berada tak jauh dari pinggir pelataran masjid yang lokasi berada di dekat Hotel Darut Tawhid.

Mendengar arahan lelaki itu, sang suami pun segera beranjak hendak mengambil wudhu. Tetapi, sesaat sebelum berangkat, lelaki itu menyapanya.

"Kalau ke bawah jangan bawa-bawa tas. Di sana penuh sesak. Nanti tas malah hilang. Coba titipkan ke saya sini, biar saya tungguin tas Bapak," pinta si lelaki itu.

Layaknya terkena hipnotis, sang suami dengan entengnya memberikan tas tersebut.

"Tolong jagain, ya," kata sang suami.
“Beres, Pak. Jangan khawatir. Saya tunggu di sini, tapi jangan lama-lama, ya,’’ jawab si lelaki.

Maka sang suami pun pergi mengambil wudhu. Dengan ringan hati dia memberikan tasnya tanpa curiga. Dia kemudian masuk ke tempat wudhu yang saat itu memang mulai penuh sesak. Dan tak lama kemudian setelah mengambil air wudhu dia pun kembali ke tempat semula untuk mengambil barangnya yang dia titipkan kepada lelaki yang mengaku satu daerah dengannya.

Celakanya sampai di tempat semula, dia tak mendapatkan lelaki itu. Dia pun kemudian berusaha mencari-carinya di sela keramaian jamaah yang hendak pergi shalat Zhuhur. Namun, orang yang dicari-carinya tak menampakkan diri. Dia raib seperti ditelan bumi.

Maka pada titik itulah, sesaat kemudian dia tersadar telah menjadi korban penipuan. Dan tubuhnya pun langsung terasa lemas ketika sadar bahwa uang sebanyak Rp 30 juta berada di dalam tas yang dititipkan itu.

"Saya ditipu orang," kata sang suami ketika melapor kepada petugas haji yang saat itu berjaga di pelataran Makkah.

Dan petugas pun hanya bisa menjawab, "Istighfar, Pak. Astaghfirullahaladzim."



Credit Republika.co.id