Senin, 29 Agustus 2016
AS Cari Cara Tembak Jatuh Rudal Nuklir Hipersonik Rusia
WASHINGTON - Pentagon Amerika Serikat (AS) sedang mencari cara untuk menembak jatuh rudal nuklir hipersonik Rusia. Hal itu diungkap ahli pertahanan Lockheed Martin.
Laporan itu muncul setelah pada awal pekan ini seorang pejabat industri pertahanan Rusia mengungkapkan rencana Moskow untuk menyebarkan rudal nuklir hipersonik pada tahun 2020.
Washington yang merasa terancam bekerja keras mencari teknologi perisai rudal pertahanan yang mampu menembak jatuh senjata revolusioner yang dikembangkan Rusia itu.
Salah satu cara yang kemungkinan dijajaki AS adalah memodifikasi sistem rudal pertahanan Terminal High-Altitude Area Defense versi Extended-Range atau THAAD-ER. Selain itu, senjata laser bertenaga tinggi juga berpotensi dipilih Pentagon.
Pihak Pentagon Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) telah memulai proses penawaran untuk menemukan sebuah sistem yang mampu mencegat ratusan pesawat tak berawak dan sistem rudal.
AS juga disebut sedang mengembangkan rudal dan kendaraan ruang angkasa hipersonik. Orang dalam industri pertahanan AS mengatakan bahwa berbagai upaya itu sebenarnya untuk melawan superioritas militer Rusia yang terus tumbuh.
”Program AS didanai pada level rendah dan mungkin tidak pernah benar-benar akan dikerahkan,” kata mantan pembuat kebijakan strategis Pentagon, Mark Schneider.”Tidak seperti rudal hipersonik Rusia, sistem senjata AS tentu saja tidak akan mampu di bawah kebijakan saat ini.
Direktur Tactical Missiles Corporation, Boris Obnosov, memiliki espektasi yang tinggi pada generasi persenjataan hipersonik Rusia. ”Sudah jelas bahwa dengan kecepatan tersebut, ketika rudal akan mampu terbang melalui atmosfer pada kecepatan tujuh sampai 12 kali kecepatan suara, semua sistem pertahanan (pesawat) akan melemah,” ujarnya.
Komandan Komando Strategis A, Cecil Haney, setuju dengan peringatan senjata hiperosnik Rusia yang disampaikan Obnosov.”Teknologi kendaraan hyper-glide dapat mempersulit penginderaan dan pendekatan defensif,” katanya, seperti dikutip dari Sputniknews, Minggu (28/8/2016).
Credit Sindonews