Citra "galaksi hantu" Dragonfly 44. Gambar kiri adalah dari Sloan Digital Survei sementara kanan adalah hasil olahan dari teleskop Gemini.
Galaksi yang dinamai Dragonfly 44 itu ditetapkan sebagai jenis obyek baru di alam semesta dan diyakini bisa membantu memberi terang akan materi gelap.
Astronom mendeteksi Dragonfly 44 dengan perangkat Dragonfly Photo Array, teleksop dari susunan lensa telefoto yang dikembangkan oleh ilmuwan dari Yale University di Amerika Serikat dan University of Toronto di Kanada.
"Kami sebenarnya berniat untuk meneliti wilayah sekitar galaksi untuk melihat apa yang ada di sekitarnya, tetapi malah menemukan keanehan ini," kata Pieter van Dokkum, astronom Yale yang terlibat riset.
Dari hasil deteksi awal itu, van Dokkum bersama rekannya Roberto Abraham dari University of Toronto, melakukan observasi dengan Gemini North Telescope dan Keck Observatory di Hawaii.
Dengan dua fasilitas penelitian astronomi tercanggih itu, keduanya melakukan observasi selama 6 malam untuk mengungkap kecepatan bintang serta kluster bintang di Dragonfly 44.
Kecepatan bintang perlu diketahui sebab bisa menjadi petunjuk tentang massa galaksi. Semakin besar massa bintang, semakin besar pula massa galaksi.
Astronom menemukan keanehan. Kecepatan bintang di Dragonfly 44 tinggi. Namun pada saat yang sama, galaksi itu sangat redup.
"Itu berarti bahwa Dragonfly 44 punya massa tak terlihat dalam jumlah besar," kata Abraham seperti dikutip di rilis Yale University, Jumat (25/8/2016).
Menurut perhitungan astronom, Dragonfly 44 punya massa 1 triliun kali Matahari atau 2 tridesiliun kilogram (angka 2 diikuti 42 angka 0), setara dengan Bimasakti.
Dari massa tersebut, hanya 0,01 persen yang berupa bintang. Sisanya adalah materi gelap, materi misterius yang diperkirakan menyusun 90 persen alam semesta.
Galaksi yang sebagian besar terdiri dari materi gelap sebenarnya tak baru. Tetapi baru Dragonfly 44 aja yang massanya bisa sebesar Bimasakti.
"Kami tidak tahu bagaimana galaksi seperti Dragonfly 44 terbentuk. Data Gemini menunjukkan ada bintang-bintang yang tersusun dalam kluster super padat, itu bisa jadi petunjuk. Tapi kami masih menebak," kata van Dokkum.
Van Dokkum menduga, ada banyak galaksi seperti Dragonfly. Ia akan berupaya mencari galaksi serupa yang letaknya lebih dekat dari Bimasakti.
"Jadi kita bisa melihat sinyal lebih jelas yang mungkin bisa mengungkap tentang materi gelap," jelas van Dokkum.
Credit KOMPAS.com