Puing flaperon Boeing 777 yang diduga
MH370 akan diteliti di Perancis untuk menentukan apakah benda itu
berasal dari MH370 atau bukan. (Reuters/Zinfos974/Prisca Bigot)
Diberitakan The Guardian, potongan benda sepanjang dua meter itu memang dikonfirmasi adalah Boeing 777, namun tidak diketahui apakah berasal dari MH370 atau tidak.
Harapan besar muncul karena hingga kini tidak ada Boeing 777 yang hilang dan belum ditemukan selain MH370. Selain itu, tidak ada satu pun pesawat 777 yang jatuh di bumi bagian selatan.
Dugaan kuat, puing itu adalah bagian flaperon di sayap yang berfungsi untuk mengendalikan pesawat. Selain tim dari badan penyelidik insiden penerbangan Perancis, BEA, juga turut dalam penyelidikan sore hari ini ahli dari Australia, Malaysia, Boeing, dan perwakilan China - negara dengan jumlah korban terbanyak di MH370.
|
Pesawat naas itu hilang dari radar pada 8 Maret 2014 dalam penerbangan dari Kuala Lumpur ke Beijing. Dugaan kuat hingga saat ini pesawat banting setir dan mengarah ke selatan, lalu tenggelam di Samudera Hindia, menewaskan 239 penumpang dan kru.
Hari ini Biro Keselamatan Transportasi Australia, ATSB, mengakui adanya kesalahan perhitungan awal jatuhnya MH370. Juli tahun lalu, perhitungan badan ilmu pengetahuan nasional Australia, CSIRO, menunjukkan bahwa MH370 diduga jatuh di lepas pantai barat Sumatra, Indonesia.
CSIRO bulan lalu merevisi temuan mereka, mengatakan bahwa kemungkinan pesawat jatuh di perairan Indonesia sangat kecil.
Namun revisi itu tidak mempengaruhi pencarian MH370 di Samudera Hindia yang sampai saat ini masih dilakukan.
Unsur kunci
Jika benar puing yang ditemukan di Pulau Reunion adalah MH370, maka ini adalah satu-satunya bukti dalam insiden yang merupakan misteri terbesar dalam sejarah penerbangan dunia.
Jean-Paul Troadec, mantan kepala BEA mengatakan penyelidikan nanti akan mencari tahu soal dua hal: apakah flaperon itu milik MH370, dan jika iya, akan dicari tahu dari puing itu soal saat-saat terakhir pesawat jatuh.
Menurut Troadec, cat dalam puing merupakan unsur kunci dalam penyelidikan tersebut.
"Setiap maskapai mengecat pesawat mereka dengan cara khusus dan jika cat itu digunakan oleh Malaysia Airlines dan perusahaan lainnya, maka akan lebih ada kepastian," ujar Troadec.
Dia juga mengatakan bahwa penyelidik juga akan mencari tahu mengapa flaperon itu lepas dari sayapnya.
"Apakah terlepas akibat benturan keras dengan laut atau bukan? Puing ini terlihat masih dalam kondisi baik, tidak seperti bagian pesawat yang jatuh vertikal ke air dengan kecepatan 900 km per jam," lanjut Troadec.
Selain puing pesawat, tim Malaysia yang berada di Reunion juga menemukan beberapa puing lainnya. Benda-benda yang terdampar ini kemudian akan diserahkan ke para ahli Perancis untuk diselidiki.
Credit CNN Indonesia