Kawanan belalang ini tak punya makanan lagi di daerah asal mereka sehingga menyerang lokasi baru. (Dok. CNN.com)
Daerah dengan luas sekitar 800 hektar tersebut diserang serangga yang panjangnya mencapai 8 cm, menghancurkan ladang jagung dan tanaman lainnya.
Petugas setempat mengatakan sudah lebih dari 30 tahun wilayah selatan Russia ini tidak terkena wabah belalang.
Sementara itu, setidaknya 10 persen tanaman telah dirusak akibat serangan wabah yang masih berlangsung, mengancam mata pencaharian para petani lokal.
|
"Lihat, tidak ada yang tersisa dari jagung ini. Belalang memakannya semua, dari daun hingga bijinya," katanya, dikutip dari CNN.
Diberitakan stasiun televisi negara, wabah ini dihubungkan dengan perubahan iklim, juga dengan fenomena banjir dan suhu yang meningkat di atas rata-rata.
Pejabat Kementerian Pertanian Russia telah mendeklarasikan keadaan darurat, namun tak bisa berbuat apa-apa untuk mencegah kerusakan lahan pertanian ini.
Lebih lanjut, mereka sedang meningkatkan upaya untuk menyelamatkan hasil panen dengan memperbanyak penyemprotan pestisida terhadap tanaman.
Namun tingginya suhu di musim panas akan menurunkan efektivitas kekuatan pestisida yang digunakan.
Para pejabat juga mengatakan bahwa kawanan belalang bergerak cepat di Rusia selatan, terlalu cepat bagi pihak berwenang untuk mengantisipasi pergerakan hama yang meninggalkan jejak kehancuran dibelakang mereka.
"Di Kalmikya, Astrakhan, Volgagrad dan Dagestan, tidak ada makanan lagi untuk belalang, maka dari itu, mereka pindah ke sumber makanan lainnya," kata Tatiana Drishcheva dari Pusat Pertanian Rusia. "Mereka memiliki sayap hampir sepanjang 12 cm, sama seperti burung pipit," tambahnya.
Beberapa masyarakat lokal yang frustasi menghadapi kehancuran lahan pertaniannya, mengunggah video diri mereka yang berusaha mati-matian untuk menghalau kawanan belalang, namun sia-sia.
Credit CNN Indonesia