WASHINGTON (CB) – Amerika Serikat (AS) dan negara besar dunia menyepakati program nuklir Iran. Namun, Presiden AS Barack Obama tidak mempedulikan kritik dari Iran dan keluhan politik di Negeri Paman Sam.
Dalam sebuah wawancara dengan CNN, Senin (10/8/2015), Obama mengabaikan pesan Twitter dari pemimpin agung Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang menunjukkan gambar siluet orang nomor satu AS itu dengan senjata ditodongkan ke kepala.
Obama mengatakan kepada Fareed Zakaria dari CNN bahwa negara-negara adidaya tidak menanggapi kritikan. Negara-negara adidaya memfokuskan pada apa yang perlu dilakukan untuk menjaga keamanan nasional dan sekutu-sekutunya.
Obama tertarik menanggapi pesan Twitter pemimpin agung itu. Namun, dia tertarik pada kesepakatan dengan Iran dan bagaimana menegakkannya.
Obama menuding para penentang kesepakatan dengan Iran di AS, khususnya para republikan di kongres, bersekutu dengan para penentang keras kesepakatan itu di dalam negeri Iran.
Kesepakatan tersebut melarang Iran mengembangkan senjata nuklir dengan imbalan pencabutan sanksi yang diterapkan PBB dan negara-negara Barat yang telah melemahkan ekonomi Iran.
Para pengkritik di AS menganggap kesepakatan itu membahayakan keamanan Israel dan mengatakan bahwa masyarakat internasional akan sulit memverifikasi kepatuhan Iran terhadap kesepakatan tersebut.
Dalam sebuah wawancara dengan CNN, Senin (10/8/2015), Obama mengabaikan pesan Twitter dari pemimpin agung Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang menunjukkan gambar siluet orang nomor satu AS itu dengan senjata ditodongkan ke kepala.
Obama mengatakan kepada Fareed Zakaria dari CNN bahwa negara-negara adidaya tidak menanggapi kritikan. Negara-negara adidaya memfokuskan pada apa yang perlu dilakukan untuk menjaga keamanan nasional dan sekutu-sekutunya.
Obama tertarik menanggapi pesan Twitter pemimpin agung itu. Namun, dia tertarik pada kesepakatan dengan Iran dan bagaimana menegakkannya.
Obama menuding para penentang kesepakatan dengan Iran di AS, khususnya para republikan di kongres, bersekutu dengan para penentang keras kesepakatan itu di dalam negeri Iran.
Kesepakatan tersebut melarang Iran mengembangkan senjata nuklir dengan imbalan pencabutan sanksi yang diterapkan PBB dan negara-negara Barat yang telah melemahkan ekonomi Iran.
Para pengkritik di AS menganggap kesepakatan itu membahayakan keamanan Israel dan mengatakan bahwa masyarakat internasional akan sulit memverifikasi kepatuhan Iran terhadap kesepakatan tersebut.
Credit Okezone
Kesepakatan Program Nuklir Iran Seimbangkan Semua Pihak
TEHERAN (CB) – Kesepakatan program nuklir Iran
mendapat kritik dari berbagai pihak. Namun, Menteri Luar Negeri Iran
Mohammad Javad Zarif menjelaskan bahwa kesepakatan tersebut
menyeimbangkan kepentingan semua pihak yang terlibat dalam perundingan.
"Dalam kesepakatan itu, tak ada pihak yang memaksakan keinginan kepada pihak lain. Jika tidak, itu tak bisa disebut kesepakatan tapi dokumen penyerahan diri," kata Zarif, seperti dilaporkan OANA, Senin (10/8/2015).
Menurut resolusi Dewan Keamanan PBB dan berdasarkan Rencana Aksi Gabungan Menyeluruh (JCPOA), Iran takkan lagi dilarang bekerja sama dengan negara lain dalam kegiatan nuklir damai. Sementara negara lain didorong berhubungan dengan Iran mengenai kegiatan tersebut.
Selain itu, Iran tidak lagi dilarang melanjutkan program rudalnya, kecuali bagi sebagian pembatasan dan jangka waktu tertentu.
Kesepakatan tersebut juga menerangkan bahwa kasus nuklir Iran tak lagi menjadi agenda Dewan Keamanan PBB. Kasus itu akan ditutup setelah 10 tahun. Ia menambahkan kesepakatan tersebut dapat menguntungkan semua pihak.
Kepala Organisasi Energi Atom Iran, Ali-Akbar Salehi, mengatakan, meskipun Iran menerima bagi sebagian pembatasan atas program nuklirnya di JCPOA, Teheran takkan membatasi kegiatan nuklir damainya.
Iran takkan pernah memperkaya uranium ke tingkat senjata 90 persen dan bertujuan memperkuat Kesepakatan mengenai Anti-Penyebaran Senjata Nuklir (NPT) dalam kerangka kerja itu.
Sebagai salah satu anggota Badan Tenaga Atom Interionasl (IAEA), Iran telah menerima baik pemeriksaan oleh pengawas nuklir PBB tersebut mengenai program nuklirnya selama tiga dasawarsa belakangan, dan akan tetap berkomitmen pada peraturan dan instruksinya.
Abbas Araqchi, perunding senior nuklir Iran, juga mengatakan mendukung kesepakatan nuklir belum lama ini dengan semua kapasitasnya.
Pengayaan nuklir Iran disahkan melalui resolusi Dewan Keamanan PBB belum lama ini, dan resolusi itu menyetujui pencabutan sanksi atas Iran. Itu adalah prestasi penting dari kesepakatan Iran.
Kesepakatan bersejarah tersebut, yang dicapai oleh Iran dan kelompok P5+1 (Amerika Serikat, Inggris, Prancis, China, Rusia, dan Jerman) di Wina, ibu kota Austria, pada 14 Juli 2015, diperkirakan menempatkan Iran di jalur peringanan sanksi dengan pembatasan lebih ketat atas program nuklirnya.
"Dalam kesepakatan itu, tak ada pihak yang memaksakan keinginan kepada pihak lain. Jika tidak, itu tak bisa disebut kesepakatan tapi dokumen penyerahan diri," kata Zarif, seperti dilaporkan OANA, Senin (10/8/2015).
Menurut resolusi Dewan Keamanan PBB dan berdasarkan Rencana Aksi Gabungan Menyeluruh (JCPOA), Iran takkan lagi dilarang bekerja sama dengan negara lain dalam kegiatan nuklir damai. Sementara negara lain didorong berhubungan dengan Iran mengenai kegiatan tersebut.
Selain itu, Iran tidak lagi dilarang melanjutkan program rudalnya, kecuali bagi sebagian pembatasan dan jangka waktu tertentu.
Kesepakatan tersebut juga menerangkan bahwa kasus nuklir Iran tak lagi menjadi agenda Dewan Keamanan PBB. Kasus itu akan ditutup setelah 10 tahun. Ia menambahkan kesepakatan tersebut dapat menguntungkan semua pihak.
Kepala Organisasi Energi Atom Iran, Ali-Akbar Salehi, mengatakan, meskipun Iran menerima bagi sebagian pembatasan atas program nuklirnya di JCPOA, Teheran takkan membatasi kegiatan nuklir damainya.
Iran takkan pernah memperkaya uranium ke tingkat senjata 90 persen dan bertujuan memperkuat Kesepakatan mengenai Anti-Penyebaran Senjata Nuklir (NPT) dalam kerangka kerja itu.
Sebagai salah satu anggota Badan Tenaga Atom Interionasl (IAEA), Iran telah menerima baik pemeriksaan oleh pengawas nuklir PBB tersebut mengenai program nuklirnya selama tiga dasawarsa belakangan, dan akan tetap berkomitmen pada peraturan dan instruksinya.
Abbas Araqchi, perunding senior nuklir Iran, juga mengatakan mendukung kesepakatan nuklir belum lama ini dengan semua kapasitasnya.
Pengayaan nuklir Iran disahkan melalui resolusi Dewan Keamanan PBB belum lama ini, dan resolusi itu menyetujui pencabutan sanksi atas Iran. Itu adalah prestasi penting dari kesepakatan Iran.
Kesepakatan bersejarah tersebut, yang dicapai oleh Iran dan kelompok P5+1 (Amerika Serikat, Inggris, Prancis, China, Rusia, dan Jerman) di Wina, ibu kota Austria, pada 14 Juli 2015, diperkirakan menempatkan Iran di jalur peringanan sanksi dengan pembatasan lebih ketat atas program nuklirnya.
Credit Okezone