Lonceng-lonceng dibunyikan dan puluhan ribu orang, termasuk orang-orang yang selamat beserta keluarga para korban, mengheningkan cipta pukul 11.02 waktu setempat --persis saat ledakan terjadi hingga menghancurkan kota pelabuhan itu pada 9 Agustus 1945.
Perdana Menteri Shinzo Abe meletakkan karangan bunga di tengah wakil-wakil 75 negara, termasuk Duta Besar Amerika Serikat untuk Jepang, Caroline Kennedy.
"Sebagai negara satu-satunya yang ditimpa serangan bom atom dalam perang itu, saya memperbarui tekad kami dalam memimpin upaya global penghapusan senjata nuklir, untuk menciptakan dunia tanpa senjata," kata Abe.
Abe juga mengatakan negaranya akan selalu mematuhi prinsip-prinsip tanpa nuklir yang selama ini dipegang teguh, yaitu tidak memproduksi, memiliki atau membiarkan senjata nuklir berada di wilayah Jepang.
Dalam upacara sama di Hiroshima, Abe dikritik karena tidak menyebutkan ketiga prinsip itu sehingga membuat khawatir para korban yang selamat dari pengeboman, terutama saat pemimpin nasionalis itu berupaya meloloskan RUU peluasan peran militer.
Wali Kota Nagasaki Tomihisa Taue terang-terangan mengkritik RUU itu saat berpidato.
"Kekhawatiran dan ketegangan yang saat ini menyelimuti kita adalah janji yang dibuat 70 tahun lalu dan prinsip untuk (menjaga) perdamaian dalam undang-udang Jepang saat ini mungkin tidak diindahkan," katanya, disambut dengan tepuk tangan riuh.
Abe dikritik karena berusa meningkatkan peranan Pasukan Bela Diri yang membuka pintu bagi dikerahkannya pasukan ke garis tempur untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia Kedua.
Sekitar 74.000 orang tewas di Nagasaki akibat bom atom yang dijatuhkan tiga hari setelah pesawat pembom Amerika B-29 Enola Gay menjatuhkan bom atom "Little Boy" ke Hiroshima. Itu adalah pertama kali dalam sejarah bom atom dijatuhkan.
Di Hiroshima,140.000 orang tewas, termasuk yang meninggal kemudian karena sakit akibat radiasi.
Pada upacara di Hiroshima, Kamis, Abe mengatakan Jepang akan menyampaikan resolusi baru ke Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk melenyapkan senjata nuklir.
Credit ANTARA News