Rabu, 05 Agustus 2015

Meriam Microwave Terbaru Buatan Rusia Mampu Jatuhkan Pesawat Tanpa Awak

  Meriam Microwave Terbaru Buatan Rusia Mampu Jatuhkan Pesawat Tanpa Awak
Foto: Foto pers
Rusia telah mengembangkan meriam baru yang mampu melumpuhkan pesawat musuh, pesawat tanpa awak, dan roket penjelajah presisi tinggi. Perusahaan Instrumen Gabungan (OPK) mengabarkan mengenai hal ini pada pertengahan bulan Juni lalu. Pengembangan teknologi baru tersebut disebut "Meriam Microwave" yang berkerja dengan prinsip radiasi frekuensi tinggi.
Meriam Microwave dibuat oleh Institut Teknik Radio Moskow yang merupakan bagian dari OPK. Perangkat ini dapat beroperasi pada kisaran melebihi 10 kilometer. Menurut pengembang, dengan jarak ini, meriam mampu menembak jatuh baik pesawat tak berawak maupun rudal penjelajah.
"Sistem ini mempunyai generator relativistik yang canggih, antena reflektor, sistem kontrol dan monitor, serta sistem transmisi yang tepasang pada casis peluncur roket antipesawat Buk. Pemasangan Meriam Microwave pada platform khusus akan memberikan pertahanan perimeter sebesar 360 derajat," ujar seorang nasarumber dari Perusahaan Instrumen Gabungan kepada kantor berita TASS.

Tidak Ada Meriam Lain yang Sejenis di Dunia
Prinsip pengoperasian senjata terbaru ini ada pada penekanan out-of-band peralatan radio eletronik pesawat tak berawak yang terbang rendah dan senjata presisi tinggi. Dengan kata lain, meriam ini—dengan radiasi yang sangat tinggi—mampu melumpuhkan "otak" elektronik pesawat tanpa awak, roket penjelajah, dan pesawat tempur yang menyerang.
Dalam sebuah wawancara dengan TASS, perwakilan dari OPK menyampaikan, "Senjata ini tidak memiliki persamaan lain di dunia." Namun demikian, ia tak mengungkapkan karakter tersebut lebih detail. Meriam Microwave hanya ditunjukkan kepada spesialis militer di acara tertutup pada forum militer Army 2015 yang diselenggarakan pada pertengahan Juni lalu di Moskow.
Sukses yang Berlebihan?

Meskipun senjata baru tersebut diselimuti tabir kerahasiaan, para ahli merasa skeptis terhadap kemungkinan pembuatan senjata dengan karakteristik tersebut. "Untuk menembak musuh dengan radiasi mikro dalam jarak 10 kilometer dibutuhkan sumber tenaga yang sebanding dengan kekuatan ledakan nuklir," ujar profesor dari Universitas Riset Nuklir Nasional MEPhl Aleksander Kuzovlev kepada RBTH. "Selain itu, sinar radiasi sangat sulit untuk difokuskan. Pada jarak yang jauh, sinar radiasi ini akan terpecah, dan operasi ini hanya mungkin berfungsi dalam kondisi visibilitas yang sempurna, misalnya pada saat tidak turun hujan, salju, dan kabut. Gangguan-gangguan ini dapat melemahkan sinyal elektromagnetik," ujar seorang ilmuwan kepada RBTH.
Mantan Kepala Pasukan Roket Antipesawat Angkatan Udara Rusia Letnan Jenderal Aleksander Gorkov berpendapat dalam sebuah wawancara dengan Svobodnaya Pressa bahwa secara praktik, ide dari Meriam Microwave yang mampu menjangkau target pada jarak 10 kilometer ini cukup sulit. Ia mengingatkan bahwa selama periode Soviet dan pasca-Soviet juga pernah dilakukan pengembangan serupa. Namun, akhirnya pengembangan ini mereka hentikan karena mereka merasa senjata ini tidak bisa digunakan lebih lanjut.
Sebagai contoh, pada September 2001 di Pulau Langkawi (Malaysia) selama Pameran Internasional Ke-6 Kedirgantaraan dan Maritim "LIMA-2001", Rusia mendemonstrasikan proyek yang telah menyebabkan kalangan militer gempar. Pada daftar pameran proyek ini terdaftar sebagai proyek kompleks mobil radiasi frekuensi tinggi "Ranets-E"

Keunikan Ranets-E adalah ia tidak menghancurkan. Senjata ini hanya menonaktifkan peralatan militer tentara musuh, tetapi tidak menghancurkan mereka secara fisik. Ranets-E bekerja seperti Meriam Microwave yang kini sedang dikembangkan, yaitu menggunakan sinar radiasi elektromagnetik terarah yang menyebabkan hubungan arus pendek pada sirkuit listrik dan kerusakan pada sistem elektronik sensitif milik musuh.
Fitur Ranets-E tersebut juga ditampilkan secara identik pada Meriam Microwave yang baru. Kompleks seberat 5 ton akan melumpukan sistem elektronik musuh dalam radius 10 kilometer dan memberikan pertahanan pada sektor dengan perimeter dari 0 hingga 60 derajat secara vertikal dan 360 derajat secara horizontal.
Meskipun menggunakan jenis senjata ini terkesan menguntungkan, sistem pelindungan dengan radiasi mikro Ranets-E belum digunakan bahkan setelah hampir 15 tahun sejak demonstrasinya yang pertama kali.

Credit  RBTH Indonesia