Rabu, 05 Agustus 2015

Mimpi Menristek Bikin 'Silicon Valley' di Indonesia


Mimpi Menristek Bikin 'Silicon Valley' di Indonesia (Antara/Rudi Mulya)
 
Jakarta, CB -- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menyatakan bahwa mimpi besarnya untuk Indonesia adalah mewujudkan 'Silicon Valley' di negeri sendiri.

Silicon Valley, kawasan yang terletak di sebelah selatan San Francisco Bay Area merupakan rumah dari ratusan perusahaan teknologi baik yang sudah mapan ataupun rintisan. Google dan Facebook adalah dua di antaranya.

Hal senada juga disampaikan oleh Arnoud de Meyer dari President Singapore Management University di tempat yang sama. Ia melihat Silicon Valley AS sebagai 'inspirasi untuk inovasi'.

Namun bagi Nasir, alih-alih terfokus pada satu sektor seperti Silicon Valley, yakni teknologi informasi, Nasir menginginkan ragam sektor agar bisa dikembangkan di Indonesia.

"Silicon Valley, itulah mimpi saya. Di sana besar sekali industri teknologi majunya, khusus di TI. Untuk Indonesia, pengembangannya bisa beragam," kata Nasir saat dijumpai di acara Forum Nasional: Inventor-Inovator-Investor di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Tangerang Selatan pada Rabu (5/8).

Nasir mengatakan, pemerintah khususnya Kemenristek Dikti mendorong tiap universitas Tanah Air untuk mengembangkan fokusnya masing-masing.


Ia menjabarkan, sektor pertanian bakal dikembangkan oleh IPB, kemudian ITB dipercaya bisa meningkatkan engineering atau teknis. Nasir juga menambahkan, UGM bakal didorong untuk mengembangkan life science serta marine techno park yang akan digarap oleh Universitas Diponegoro.

Sejauh ini, pengembangan wajib oleh pemerintah adalah program 100 Taman Sains dan Teknologi Nasional atau Science Techno Park (STP). Bukan sekadar pemenuhan 'syarat' Joko Widodo, STP ini ditujukan memang untuk memajukan pertumbuhan teknologi Indonesia.

Menurut Nasir, STP bisa membuka jalan terwujudnya 'Silicon Valley' ala Indonesia. Ia juga sempat bercerita kelanjutan STP seperti apa sejak pengembangannya diresmikan pada 7 Mei lalu.

"Saat ini sekitar 95 techno park yang sedang dikembangkan dan disempurnakan. Targetnya 2019 sudah bisa capai angka 100," sambungnya.

Tanpa menyebutkan lokasi Taman Sains dan Teknologi tertentu, Nasir mengatakan sejauh ini sudah ada yang mulai menjalankan kinerja sipil, ada juga yang baru sampai tahap perencanaan dan road map program kinerja.

Nasir berharap di tahun 2016 sudah bisa selesai semua rancangan kinerja agar di tahun 2017 semua STP sudah bisa melakukan aktivitas sebagaimana mestinya.

Peran Kemenristek Dikti dalam pengembangan STP adalah sebagai koordinator. Kementerian Pertanian, Kementerian Industri, BPPT, LIPI, serta Batan ikut serta dalam program ini.

Ingin rangkul investor dan swasta

Selain demi mewujudkan 'Silicon Valley' sendiri, Nasir mengatakan bahwa pengadaan STP di Indonesia tentu melibatkan semangat para peneliti Tanah Air. Namun hal itu saja tak cukup.

Lelaki usia 55 tahun itu menginginkan segala inovasi yang diciptakan oleh para peneliti bisa memiliki korelasi dengan dunia usaha.

"Kami dari pemerintah punya tujuan agar para inventor (peneliti) dan pengusaha biss bekerja sama dan memiliki hubungan yang erat agar terjalin mutualisme," kata Nasir lagi.

Maka, ia mengungkapkan pertemuan yang menyatukan dunia usaha dengan peneliti akan terus didorong. Salah satu tujuannya adalah agar mereka bisa mendanai riset.

Nasir menambahkan, kemajuan pengembangan untuk saat ini tak bisa hanya mengandalkan pemerintah, namun juga harus ada campur tangan pihak swasta.

Diketahui hingga saat ini dana penelitian yang diterima dari GDP negara adalah 0,09 persennya. Jika dibagi, 76 persen berasal dari pemerintah dan 24 persen dari swasta.

Nah, Nasir ingin meningkatkan angka tersebut dari sisi swasta demi terwujudnya pusat pengembangan sendiri.

Credit  CNN Indonesia