Metal Gear Solid V: The Phantom Pain, salah satu game yang dibesut oleh Konami (Dok.Konami)
Adalah koran berbasis di Jepang Nikkei mengungkapkan bobrok yang selama ini ada di Konami. Media tersebut mengungkapkan betapa buruknya lingkungan kerja di sana dan semakin memburuk selama beberapa tahun terakhir.
Seperti yang diterjemahkan oleh Kotaku dan dikutip CNN Indonesia, bahwa budaya di divisi video game yang terkenal dengan permainan konsol itu memburuk sekitar tahun 2010 ketika judul game Dragon Collections menjadi sukses besar.
Dragon Collections sebagai permainan untuk ponsel, biaya pengembangan yang rendah dan pengembalian keuntungan yang besar. Tidak lama kemudian, kata laporan itu, bos perusahaan Konami bergeser fokus perusahaan dari game tradisional, hardcore game dan menuju yang lebih murah, dan judul populis dengan potensi lebih menguntungkan.
Memang bergesernya budaya konsumen yang lebih memainkan game di perangkat seperti ponsel pintar, arah Konami bukanlah sesuatu yang aneh. Namun, cara mereka pada akhirnya memperlakukan lingkungan kerja itu yang menjadi masalah.
Beberapa hal yang diungkap oleh Nikkei ini adalah, Kojima Productions, studio di belakang Metal Gear Solid V, yang kini disebut sebagai "Number 8 Production Department" tidak dipebolehkan untuk terhubung dengan internet. Mereka hanya bisa mengirim pesan secara internal.
Ketika makan siang, karyawan Konami hanya diperbolehkan keluar menggunakan kartu absen. Ini berfungsi apabila ada karyawan melewati jam makan akan diumumkan melalui pengeras suara.
Itulah beberapa hal yang diungkap oleh Nikkei di perusahaan Konami. Belum diketahui tanggapan dari pemangku kepentingan mengenai masalah ini.
Credit CNN Indonesia
Bobrok Konami: Perlakukan Karyawan Bak Tahanan
Salah satu pengunjung sedang berada di pameran game E3 di Amerika Serikat (Ilustrasi/ REUTERS/Lucy Nicholson)
Bobrok ini dibuka oleh media lokal setempat Nikkei yang mengupas mengenai horor di balik tembok perusahaan tersebut. Bahkan disebut-sebut perlakuan Konami ke karyawannya bagaikan seorang tahanan.
Bagaimana tidak sejumlah aturan ketat tak manusiawi dilakukan oleh Konami untuk mendorong kerja, perilaku dan rahasia dari isi kotak Konami. Dari laporan tersebut berikut daftar perlakuan Konami ke karyawannya.
Nikkei menyebut karyawan yang ingin makan siang akan dipantau dengan kartu absen. Apabila makan melewati jam makan siang, nama karyawan akan disebut melalui pengeras suara.
Di setiap sudut kantor Konami terpasang banyak kamera. Ini bukan semata-mata karena keamanan, namun mengontrol kerja karyawan.
Sebagian besar karyawan tidak memiliki email kantor secara permanen. Kebijakan ini dilakukan agar karyawan Konami tak bisa dikontak perusahaan lain dan mendapatkan kesempatan kerja yang lebih baik.
Para pegawai yang dilihat tidak lagi mampu berguna dan berfungsi untuk Konami akan dialihkan ke lapangan kerja yang lain. Bahkan beberapa dari mereka dipindahk ke posisi tak semestinya seperti menjadi petugas keamanan dan kebersihan di pabrik produksi mesin Pachinko.
Konami juga memantau karyawan dan mantan karyawan melalui media sosial. Sampai-sampai Konami memeriksa akun Facebook karyawan yang me-like status pegawai yang mengumumkan bahwa dirinya keluar dari Konami. Bila terbukti di-like, bukan tidak mungkin karyawan tersebut akan digeser posisinya.
Sampai saat ini Konami belum memberikan keterangan mengenai skandal yang diberitakan tersebut.
Credit CNN Indonesia