Kamis, 18 Agustus 2016

RI Produsen Timah Nomor 2 di Dunia, Tapi Harga Ditentukan Negara Lain

 
RI Produsen Timah Nomor 2 di Dunia, Tapi Harga Ditentukan Negara Lain 
 Foto: Muhammad Idris-detikFinance
 
Jakarta -Indonesia merupakan produsen timah terbesar ke-2 sekaligus eksportir timah nomor satu di dunia. Rata-rata produksi timah Indonesia mencapai 90.000 ton yang sebagian besar ditambang dari Bangka Belitung.

Kendati demikian, menurut Bachrul Chairi, Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan, harga timah malah lebih banyak ditentukan negara lain.

"Kita produsen timah terbesar kedua dunia, 26% produksi timah dunia. Pangsa pasar buat ekspornya malah 70% dunia kita kuasai, tapi yang tentukan harga negara lain yang tidak punya barangnya," kata Bachrul di Indonesia Tin Conference and Exhibition, Jakarta, Kamis (18/8/2016).

Menurutnya, Indonesia baru memiliki pasar komoditas berjangka untuk timah dalam 3 tahun terakhir. Meski transaksinya masih kecil, bursa komoditas bernama Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) perlahan mulai menjadi acuan harga timah global.

"Dengan kita punya acuan bursa sendiri sebagai produsen timah, kita bukan lagi price taker saja, tapi sudah mulai jadi price maker," jelas Bachrul.

Ini terlihat dari transaksi ICDX yang saat awal berdiri tahun 2013 sudah memperdagangkan 18.000 ton ingot timah atau alumina. Kemudian, di 2014 naik menjadi 54.000 ton, 2015 naik lagi menjadi 70.000 ton, dan terakhir periode Januari-Juli 2016 sudah mencapai 32.600 ton.

"Sekarang ICDX mulai jadi rujukan, memang kita baru 3 tahun, bandingkan dengan LME yang sudah ratusan tahun. Saat ini sudah ada 63 perusahaan terdaftar di ICDX, dengan 34 penjual dan 29 pembeli yang bertransaksi tawar menawar di bursa ICDX," ujar Bachrul.

Di kesempatan yang sama, CEO ICDX, Megain Widjaja mengatakan, meski belum dominan dalam penentuan harga timah, setidaknya keberadaan bursa komoditas timah membuat harga timah yang diproduksi di dalam negeri tak lagi fluktuatif karena mengikuti patokan pasar bursa luar.

"Dulu harga timah nggak masuk akal, bagaimana bisa kita suplai 70% timah tapi tak punya andil harga. Sebelum ada ICDX, volatilitas harga 25-30%, sangat tinggi bukan? Sekarang bisa lebih stabil di kisaran 15% volatilitasnya," terang Megain.



Credit  detikfinance




Ini Manfaatnya Bagi RI Punya Acuan Harga Timah


Ini Manfaatnya Bagi RI Punya Acuan Harga Timah  
Foto: Muhammad Idris-detikFinance
 
Jakarta -Menyandang status produsen timah nomor 2 di dunia dan menguasai 70% pangsa pasar dunia, bukan jaminan Indonesia jadi negara penentu harga timah global. Rata-rata produksi timah Indonesia mencapai 90.000 metrik ton, dan sebagian besar ditambang dari Bangka Belitung.

Namun, penentuan harga timah dunia masih didominasi oleh LME (London Metal Exchange) di London, Inggris.

"Selama ratusan tahun ditentukan oleh LME. Jadi, dengan adanya ICDX (Indonesia Commodity Derivatives Exchange) ini untungnya buat siapa? Buat penambang-penambang kita agar jadi acuan, negara lain tak punya barang tapi bisa tentukan harga," kata Bachrul di Indonesia Tin Conference and Exhibition, Jakarta, Kamis (18/8/2016).

Dia melanjutkan, selain penambang timah domestik yang bisa mengandalkan ICDX, pemerintah daerah (Pemda) juga bisa menghitung penerimaan daerah dari tambang timah di wilayahnya secara lebih pasti.

"Harga di bursa luar sangat fluktuatif, dengan timah dijual di ICDX, Pemda sudah tahu harga sehingga tahu penerimaan royalti nanti sudah bisa diprediksi. Kemudian mereka juga sudah bisa prediksi sudah tahu kapan harus beralih mengandalkan royalti timah," ujar Bachrul.

Menurutnya, trader komoditas di pasar global seperti LME juga terkadang tidak memiliki fisik dari timah yang dijualnya. Hal inilah yang membuat pasar komoditas begitu bergejolak.

"Kita kan jelas ada barangnya. Mereka di sana kebanyakan trader. Dengan punya bursa sendiri, ada manfaat kepastian suplai timah dan jaminan kualitas. Kemudian keterbukaan transparansi harga," jelas Bachrul.

Dari data transaksi, ICDX sudah memperdagangkan 18.000 ton metrik ingot timah atau alumina, naik pada tahun 2014 menjadi 54.000 metrik ton, kemudian tahun 2015 naik jadi 70.000 metrik ton, dan terakhir periode Januari-Juli sudah 32.600 metrik ton.

"Sekarang ICDX mulai jadi rujukan, memang kita baru 3 tahun, bandingkan dengan LME yang sudah ratusan tahun. Saat ini sudah ada 63 perusahaan terdaftar di ICDX, dengan 34 penjual dan 29 pembeli yang bertransaksi tawar menawar di bursa ICDX," ujar Bachrul




Credit  detikfinance