Jumat, 22 Januari 2016

Bosscha Buat Pendulum Sensor Ungkap Misteri Gerhana Matahari

Bosscha Buat Pendulum Sensor Ungkap Misteri Gerhana Matahari

Gerhana matahari total terlihat dari Svalbard, Norwegia, 20 Maret 2015. (AP/Haakon Mosvold Larsen, NTB Scanpix)
 
CB, Bandung - Menyambut peristiwa gerhana matahari total 9 Maret 2016, Observatorium Bosscha menyiapkan sebuah alat baru, yakni pendulum bersensor. Perangkat riset buatan sendiri itu terkait misteri soal kekacauan gerak pendulum saat terjadi gerhana matahari total. Misteri sekitar setengah abad lamanya itu belum terpecahkan.

Keanehan gerak pendulum yang disebut Allais Effect tersebut berasal dari laporan Maurice Allais pada 1950. Saat terjadi gerhana matahari total di Paris ketika itu, gerak pendulum yang biasanya normal sesuai arah jarum jam tiba-tiba berubah. Ketika gerhana matahari total, arah pendulum berbalik melawan arah biasanya. Kemudian selesai gerhana, gerakannya kembali normal.

Seorang peneliti di Observatorium Bosscha, Taufiq Hidayat mengatakan, laporan Allais masih misteri. Beberapa peneliti dan astronom juga telah menguji hal tersebut pada beberapa kali peristiwa gerhana matahari total berlangsung, namun hasilnya masih menimbulkan kontroversi. “Sebab analisisnya berbeda-beda, kami penasaran juga,” kata pengajar astronomi di ITB itu kepada Tempo, Kamis, 21 Januari 2016.

Mumpung kali ini jalur lintasan gerhana matahari total berada di langit Indonesia, pendulum bersensor pun dibuat di bengkel kerja Observatorium Bosscha. “Baru bikin satu, hampir selesai,” kata astronom yang ikut membuat alat tersebut, Mohamad Irfan. Direncanakan pembuatannya menghasilkan dua alat untuk dipasang di observatorium dan di lokasi pengamatan gerhana matahari total di Poso, Sulawesi Tengah.

Menurut Taufik, pendulum bersensor itu sementara akan dipakai untuk mencatat hasil dan data temuan. Berlokasi di sekitar garis ekuator, kata Taufiq, bisa jadi ada temuan bagus nantinya dan akan ditulis untuk jurnal ilmiah. “Kalau soal penyebabnya, kami belum bisa sampai sejauh itu,” ujarnya.



Credit  TEMPO.CO